narrative writings of thesunmetmoon

Part 46

#gyushuaabo

“Oh! Soonyoung!”

“Kak Cheol~“

Serta merta, Omega itu melompat ke dalam pelukan sang raja, bermanja-manja di sana, membuat jantung Tuan Kim mencelos seketika. Mereka tengah berada di ruang kerja pribadi Tuan Raja, sebuah ruangan yang tidak begitu besar namun penuh dengan cahaya matahari yang hangat. Pun dibuat semakin nyaman berkat sentuhan Omega sang raja,

yang sedang berdiri terpaku memegang sebuah buku di depan rak saat melihat Alphanya memeluk Omega lain.

Tuan Kim langsung was-was, khawatir kalau Tuan Yoon akan mengamuk. Bagaimanapun, rasa posesif Alpha dan Omega terhadap pasangannya adalah hal yang tidak bisa dianggap enteng. Syukurlah, pelukan itu terlepas secepat datangnya.

“Kak Cheol kenapa nggak datang lagi ke istana~ Aku kangen~” Tuan Kwon merajuk.

Tuan Raja tertawa ringan. “Ah, maafkan aku. Aku terlalu sibuk untuk bepergian ke luar. Bukankah kukirim Mingyu ke sana sebagai utusan?” pandangan Tuan Raja beralih ke Tuan Kim.

“Oh ya?” Tuan Kwon memotong sebelum Tuan Kim bisa bereaksi. “Aku nggak ingat. Pas dibilang bukan Kakak yang datang, aku nggak minat.”

Omega itu melengos, membuat Tuan Kim mengernyit sedikit. Bukannya ia tersinggung atau apa, tapi ia berharap ada sedikit sopan santun yang bisa ditunjukkan Tuan Kwon padanya.

...Sampai Tuan Kim kemudian mengingatkan dirinya sendiri bahwa Tuan Kwon adalah penerus darah biru sejati, bukan sepertinya. Derajat mereka begitu jauh berbeda. Menyadari itu, Alpha di dalam Tuan Kim kembali duduk diam, menjinak karena dikekang oleh manusianya. Memangnya dirinya siapa, sampai Tuan Kwon harus menyambutnya di istana?

Terlepas dari Tuan Kim yang mendadak tenggelam dalam pemikiran buruknya sendiri, penghuni ruangan saat itu tengah bercakap-cakap. Tuan Raja memperkenalkan Tuan Yoon pada Tuan Kwon sebagai Omeganya dan bahwa mereka akan menikah dalam waktu dekat. Tuan Yoon tersenyum, meski matanya tidak menyiratkan ketulusan akan senyuman yang ia berikan.

(Atau, Tuan Kim saja yang berpikir terlalu jauh.)

Tuan Kwon menanggapi kabar tersebut dengan ucapan yang di luar dugaan, mengagetkan semua orang kecuali Tuan Wen, yang dengan santai meminum teh dan menikmati camilan yang disajikan oleh pelayan beberapa saat sebelumnya.

“Kak Jeonghan memangnya umur berapa?” Tuan Kwon menelengkan kepala.

Tuan Yoon diam memandanginya.

”...Ada masalah apakah dengan usiaku?” Omega itu, lagi-lagi, tersenyum dingin.

“Oh, bukan, bukan. Maksudku,” Tuan Kwon menjelaskan dengan ceria. “Kalau Kakak setua Kak Cheol, apa nggak bakal susah punya anak? Omega makin tua kan makin nggak subur~ Sayang banget kalau Kak Cheol punya Omega tapi mandul.”

Dengan lancangnya, mulut itu bicara.

“Mungkin daripada Omega tua seperti Kakak, akan lebih baik kalau Kak Cheol menikah dengan Omega yang muda dan segar, sehingga keturunan kerajaan juga terjamin. Ya kan, Kak Jeonghan?”

“Tuan Kwon!” Tuan Kim menggeram. Ini sudah keterlaluan!

Namun, tanpa sekalipun menanggalkan senyuman di wajahnya, Tuan Yoon hanya berucap tenang, “Ah, terima kasih akan kecemasanmu, tapi kau tidak perlu khawatir. Aku yakin aku dan Cheol akan menggendong seorang bayi saat kau datang bertamu lagi ke istana ini.”

Tuan Raja tetap bungkam. Kemudian, ia maju dan menaruh tangannya di pundak Tuan Yoon.

“Meskipun tidak ada bayi yang lahir dari pernikahan ini, aku hanya akan menikahi satu orang Omega seumur hidupku, tanpa terkecuali,” lalu, sang raja melirik tajam ke pangeran kerajaan seberang tersebut. “Aku harap kau paham akan hal itu, Soonyoung.”

“Kak Cheol nggak asik nih, nggak bisa diajak bercanda~” Omega itu kemudian tertawa lepas. “Iya, iya. Aku nyerah deh. Padahal kalo Kakak nggak nolak pertunangan kita, negara kita pasti nggak di ambang perang gini.” Bibirnya pun manyun.

“Soonie,” putus Tuan Wen. “Jangan lupa tujuan kita ke sini.”

“Oh. Benar. Aku hampir lupa.”

“Tujuan?” alis sang raja berkerut.

Saat itulah, Tuan Wen berdiri, meninggalkan duduknya untuk menempatkan diri di belakang sofa dimana Tuan Kwon duduk. Perhatian ketiga orang lainnya pun fokus ke mereka.

“Kak Cheol, aku dan Jun ke sini membawa proposal spesial,” mulainya. “Aku harap dengan kecerdasan dan kepala dingin Kakak, kita bisa membangun kerja sama yang bagus untuk keuntungan kita semua.”

“Dan proposal apakah itu, Soonyoung?”

Sang Omega tersenyum. Bibirnya yang ranum terangkat di ujung-ujungnya.

“Proposal untuk membantuku menjadi raja berikutnya.”