Part 52
Kepada Tuan K. S.,
Yang Terhormat,
Saya, Kim, telah diutus Beliau untuk mengirim surat ini pada Anda. Anak pengantar surat yang saya tugaskan ini adalah anak yang baik dan dia tidak tahu apa-apa. Saya mohon pada Tuan W untuk memberikannya sedikit tip saat Anda menerima surat ini.
“Jun?”
“Hmm?”
“Kamu kasih berapa ke anak itu?”
“Hmm, kira-kira kalo dimata uangin ke kurs kita, sekitar 5000 won.”
Tuan Kwon mengangguk. Nominal yang cukup tinggi bagi anak pengantar surat, tapi terlalu rendah untuk menimbulkan kecurigaan. Ia pun melanjutkan membaca suratnya.
Beliau telah memikirkan baik-baik proposal Anda. Setelah berembug internal, dengan hati lapang dan tulus, Beliau mengulurkan tangannya pada proposal Anda.
Sesuai permintaan Anda, kami memberikan perlindungan penuh bagi Anda semua sampai saatnya tiba. Anda semua akan kami berikan domisili di sayap kiri rumah Beliau. Segala kebutuhan Anda akan kami penuhi.
Namun, sebagai balasannya, Beliau meminta dua hal.
“Dua hal?” Tuan Wen mengintip dari belakang Tuan Kwon. Dagunya menumpu di bahu sang Omega.
“Hmm,” gumam Tuan Kwon.
Tuan Wen terkekeh, sebelum mengalungkan lengannya dengan hati-hati di sekitar perut sang Omega. Hidungnya mendusel kelenjar feromon Tuan Kwon.
Satu, bahwa Adik Anda bisa mengirimkan surat pada Anda dengan cap asli sebagai bukti bahwa rencana kalian berdua adalah nyata.
Dan, dua—
“Dua,” Tuan Wen menggigiti sisi leher Tuan Kwon yang menelengkan kepala demi memberi akses pada sang Beta. “Bahwa Tuan W. bisa membuktikan bahwa dirinya adalah benar siapa yang diakuinya.”
Gigitan Tuan Wen terhenti, meninggalkan bekas geligi dan liur di kulit sang Omega.
“Gitu, katanya,” Tuan Kwon meringis.
”...Hee,” Tuan Wen menggamit dagu Tuan Kwon agar Omega itu menatapnya. “Rupanya mereka nggak senaif dugaan kita.”
“Hmph,” Tuan Kwon mengelus rahang Tuan Wen. “Aku sih udah tau. Sayang banget Kak Cheol nggak jadi Alphaku...”
“Kasian Soonieku yang manis,” ejek Tuan Wen. “Kak Cheol kesayanganmu lebih milih Omega Tua daripada kamu~“
“Oh? Mau mati muda ya?”
Tuan Kwon berbisik.
“Aku nggak tau kalo kamu segini inginnya kueksekusi, Suamiku. Hukum gantung membuatmu terangsang?”
Two peas in a pod, they are.
“Ssh,” bisikan. Bibir saling menyentuh saat Tuan Wen berucap. “Nanti dia denger mulut kotormu, Sayang.”
Lalu, dengan tangan memegangi perut sang Omega, Wen Junhui menutup jarak antara bibir mereka berdua.