narrative writings of thesunmetmoon

Part 56

#gyushuaabo

“Maaf sudah membuat Anda menunggu.”

Bersamaan dengan kalimat itu, wangi lezat pun datang. Joshua mengendus udara sekitarnya sambil menahan air liurnya terbit. Harum kentang panggang dan keju merasuk indra penciumannya, membuat perut Omega tersebut bergejolak. Tuan Kim keluar dari dapur dengan membawa sebuah pinggan besar. Ketika ditaruh di tengah-tengah meja makan, jelaslah apa yang Alpha itu buat.

Pastel tutup dengan keju lumer di atasnya.

“Saya harap Anda suka,” ujar sang Alpha sambil tersenyum lembut. “Saya juga membuat setup apel dengan es krim untuk hidangan penutup nanti. Maaf jika terlalu sederhana.”

“Ini...kamu yang buat?” Tuan Hong bertanya, jelas tercengang.

Tuan Kim mengangguk.

“Masakan si Kim Tua ini enak betul, kau tidak akan menyangka—aww!“

Baru saja tangan Tuan Lee yang terulur untuk mengambil hidangan dipukul Tuan Kim.

“Omega lebih dulu,” tegasnya, membuat Tuan Lee meringis kesal.

Tuan Hong pun mengambil sendok dan garpu besar yang disediakan dan mengambil salah satu potongan bentuk kotak pastel tutup tersebut. Daging dan sayuran—berupa kacang polong dan wortel—dilapisi kentang tumbuk juga taburan keju mozarella, lalu dipanggang hingga kejunya lumer dan warna kentang kecoklatan. Sang Omega menyendok sesuap dan...

Kedua alisnya naik.

“Enak...”

Senyuman Tuan Kim tidak bisa lebih lebar lagi. Ia senang sekali Omeganya menyukai masakannya. Tuan Hong kemudian menyuap lagi, dan lagi, makan seperti orang kelaparan. Tuan Kim tertawa perlahan, sebelum ia pun mengambil sepotong.

Tuan Lee ikut mengambil sepotong, namun diletakkannya di piring ksatria pengawalnya alih-alih di piringnya sendiri. Meski Tuan Boo memandanginya curiga, Tuan Lee hanya tersenyum senang saat sang Beta menghela napas dan memakan potongan di piringnya tanpa banyak protes.

Mereka bercakap-cakap ringan, mengobrol soal keadaan sosial dan politik negeri (yang, jika boleh jujur, Tuan Hong tidak pedulikan sama sekali). Tuan Kim dan Tuan Boo bertukar pikiran mengenai teh dan kue-kue pendampingnya, menemukan kesamaan hobi yang tidak disangka-sangka. Tuan Hong mencoba untuk mengangkat tema musik, hanya untuk berakhir dengan Tuan Kim mengundangnya menonton opera saat ada judul yang menarik.

Selesai dengan hidangan utama, Tuan Kim kembali masuk ke dapur untuk menyiapkan hidangan penutup. Tuan Hong menepuk-nepuk perutnya. Jelas Omega itu kekenyangan. Tuan Lee memandanginya dengan hangat sementara Tuan Boo menghirup tehnya dengan tenang.

“Tuan Hong,” panggilnya.

“Hmm?” kenyang dan bahagia, syaraf sang Omega melunak.

“Kau mencintai sepupuku?”

Pertanyaan yang sama lagi. Namun kali ini, Tuan Hong menunduk. Mereka membiarkannya berpikir, bahkan jika Tuan Hong tidak menjawab pun sebenarnya bukan masalah. Tapi, ketika Tuan Lee hendak mengutarakannya, Tuan Hong telah mendongak untuk menatapnya.

“Aku nggak tau,” ucapnya. Begitu jujur hingga membuat kedua orang di hadapannya terhenyak. “Aku nggak bisa jawab karena aku baru kenal dia beberapa bulan. Kejauhan kalo aku bilang aku cinta dia ato enggak.”

Tuan Boo diam mendengarkan sang Omega. Tuan Lee mengusap dagunya.

“Tapi,” senyum Tuan Hong lalu merekah. Pipinya pun tersipu indah. “Aku seneng tiap ngobrol sama dia, tiap jalan sama dia. Rasanya nyaman banget. Dia nggak kayak Alpha yang selama ini aku tau. Aku nggak paham ini cinta ato bukan, tapi untuk sekarang, sebatas ini kurasa udah cukup.

Mingyu nggak minta aku buat buru-buru mutusin dan aku menghargai itu. Aku bakal gunain waktuku baik-baik buat mengenal dia dan aku bakal jawab dia dengan keputusanku, suatu hari nanti.”

Tuan Lee mengerjapkan mata beberapa kali. Tuan Boo hanya balas tersenyum walau tidak mengatakan apapun. Disentuhnya lutut sang Alpha di bawah meja, luput dari pandangan Tuan Hong. Tuan Lee melirik ke Beta di sampingnya, lalu ikut tersenyum.

“Baiklah, asalkan kalian berdua bahagia,” Alpha itu kemudian mengedipkan sebelah mata. “Tapi ingat, kalau kalian punya anak, aku mendaftarkan diri sebagai ayah baptisnya.”

Tuan Hong langsung memerah seluruh wajahnya.

“Ap-apa-”

“Oh, Kwannie dan aku bisa menjadi orangtua baptisnya!” sang Alpha melingkarkan lengannya di bahu Beta yang disebut. “Nanti kau dan Kim boleh jadi orangtua baptis anak kami—ADUDUDUH!!“

Saat Tuan Kim keluar membawa talenan kayu isi beberapa mangkuk es krim dan setup apel, ia bingung perlukah bertanya mengapa Tuan Boo memuntir lengan Tuan Lee ke belakang punggungnya dan mengapa Tuan Hong merona bagai buah bit. Pada akhirnya, semua kembali ke meja makan ketika Tuan Kim menyuguhkan hidangan penutup. Sang pemilik kedai, Nyonya Ahn, memutuskan untuk beristirahat sejenak dan bergabung dengan mereka ketika Tuan Kim mengundangnya. Wanita Beta paruh baya itu begitu baik dan punya banyak cerita menarik.

Meski hari itu tidak sedamai yang Tuan Hong kira, namun es krim vanilla dan setup apel buatan Kim Mingyu terasa sangat manis.