narrative writings of thesunmetmoon

Part 65

#gyushuaabo

Ini salahnya.

Ini salahnya.

Memaki diri sendiri sepanjang perjalanan tidak cukup bagi diri Kim Mingyu. Ia berusaha menghindari keramaian, namun di tempat terlalu sepi bahayanya mengintai dari balik gelap bayangan, sehingga pilihan paling aman adalah melalui jalan yang berisi sedikit manusia lain.

Meski begitu, toh tidak ada yang berani menghalangi jalan Tuan Kim. Melihat Alpha yang terburu-buru sambil menggertakkan gigi menahan sesuatu jelas menggentarkan banyak orang dalam sekali pandang. Apalagi melihat keadaan Tuan Hong tergolek kesakitan dalam gendongannya. Mereka berpikir mungkin Tuan Kim panik karena Tuan Hong sakit dan segera menuju dokter atau sejenisnya. Mereka ikut cemas, mendoakan kesembuhan bagi sang Omega dalam diam.

Yang mereka tak ketahui adalah Kim Mingyu memang menahan sesuatu, tapi bukan panik menuju dokter atau apa. Ia panik karena tahu Tuan Hong tengah mengalami apa.

Salahnya.

“Min...gyu...,” erangan. Oh, terasa napas Omeganya di lehernya.

Panas, seperti sekujur tubuh dalam pelukannya. Keringat mengucur terus-menerus dan kulit Tuan Hong memerah bagai udang rebus. Yang membuat Tuan Kim hampir gila adalah feromon sang Omega. Feromonnya mulai buyar kemana-mana, seperti malam pesta dansa itu, namun tidak selembut saat itu. Manisnya kini hampir mencekik sang Alpha.

“Joshua, saya mohon tahanlah...,” bohong jika Tuan Kim bilang ia tidak terpengaruh. Ia sendiri mulai menitikkan peluh. Tubuhnya menghangat. Pun, ada getir di bagian depan celananya. Semua adalah reaksi biologis yang tidak akan ia patuhi, meski Alpha di dalam tubuhnya telah bergerak gelisah dan ekornya mengayun tanpa henti. “Tahanlah...sebentar lagi kita sampai di rumah Anda...”

Langkah sang Alpha kian mencepat, melaju tanpa halang rintang. Rumah keluarga Hong tinggal 1 blok lagi. Ia harus menyerahkan sang Omega ke Nyonya Hong sesegera mungkin. Semakin lama Tuan Hong bersamanya, semakin berbahaya.

Dirinya yang berbahaya.


“Nyonya Hong! Nyonya Hong! Saya mohon, cepat buka pintu!”

TOK! TOK! TOK! TOK!

“Nyonya Hong!!”

Berkali-kali mengetuk. Berteriak nyalang. Sama sekali bukan sopan santun yang biasanya nampak dari Kim Mingyu. Namun, ia peduli setan akan itu semua. Di dalam pikirannya yang kini terbelah dua, hanya ada Tuan Hong. Ia harus menjaga Tuan Hong agar selamat darinya.

Ini semua salahnya.

Harusnya ia tidak keluar ke pusat kota ketika sisa feromon masa estrusnya masih menempel di tubuh...

“Nyonya—”

Gyu...”

Sang Alpha otomatis menelan ludah. Tangan hangat mengelus bagian bawah dagunya, lalu perlahan turun ke sisi leher. Keringatnya kuyup, menempel di kulit warna tembaganya, membuatnya berkilau di bawah matahari yang mulai meremang jingga. Seolah tidak terganggu akan keringat yang menempel, Tuan Hong terus saja membelainya, mengarah ke kelenjar feromonnya.

“Joshua...,” bagai dengkingan anak anjing, saat tangan sang Omega menyentuh kelenjar tersebut. Getir dan tinggi, penuh oleh keraguan. Taringnya mulai terasa gatal saat Tuan Hong secara refleks memiringkan kepala, mempertontonkan kelenjar feromonnya sendiri.

Mata Tuan Hong sudah kehilangan fokusnya. Kepalanya terlalu panas untuk bisa berpikir jernih. Feromon Tuan Kim membuat feromonnya sendiri terangsang, dan begitu pula sebaliknya. Tuan Hong mengangkat tubuhnya ketika ia melingkarkan lengannya ke sekeliling leher sang Alpha.

”...Gyu...”

Tuan Kim terlalu tertegun untuk bisa berkata-kata. Ia belum pernah melihat Tuan Hong seperti ini. Alpha di dalam tubuhnya menggeram, semakin agresif dan menolak dikekang. Ia bisa merasakan rantai-rantai yang susah payah Tuan Kim ketatkan dengan mudah digigit hingga hancur oleh serigalanya.

Jangan...

Tuan Hong mendekatkan wajahnya ke sisi leher Tuan Kim. Diduselnya kelenjar feromon sang Alpha dengan ujung hidung. Ia mengerang puas saat dihirupnya feromon Tuan Kim yang pekat, keluar semakin banyak setiap hitungan detik. Lidahnya berair, terbit keinginan untuk mencicipinya.

Jangan

Tuan Hong tidak sadar ketika lidah kecilnya menjulur keluar dan menjilat kelenjar feromon Tuan Kim dari bawah hingga atas, membentuk jejak vertikal dengan liurnya di sana, mencecap asinnya keringat bercampur rasa teh yang penuh aroma lezat. Sang Alpha terpaku. Sekujur tubuhnya kaku.

Lidah itu terus bergerak hingga ujung dagu Tuan Kim, melepasnya, lalu menjilat bibirnya sendiri.

”...Alpha...”

.

.

.

...Gawat.

Kekang demi kekang, putus tanpa perlawanan.

NYONYA HONG!!!

JANGAN!

Bunyi seseorang menuruni anak tangga tergesa-gesa. Sesuatu jatuh. Sesuatu dibanting ke lantai. Bunyi anak kunci diputar. Rantai dipindahkan.

Lalu, pintu kayu pun dibuka.

JANGAN MENYERANGNYA! DUDUK! DUDUK, KATAKU!

Di dalam tubuhnya, sang serigala menggigit lengan manusianya hingga berdarah. Matanya yang memerah bersinar penuh ancaman, menatap marah pada manusianya.

Nyonya Hong menemukan Tuan Kim seperti itu. Sang Alpha menggigit kuat-kuat lengannya sendiri. Matanya membelalak mengerikan. Darah menetes di pipi Tuan Hong dalam pelukannya.

Dan teriakan panik Nyonya Hong seakan membelah senja hari yang tenang di blok perumahan tersebut.