Part 67
Tuan Seo mendongak menatap langit. Keningnya berkerut. Dokter Jeon, melihat suaminya melamun memandangi jendela toko, pun mengikuti arah pandang Tuan Seo. Biru muda dengan kelebat awan tipis—langit musim semi seperti biasanya. Tidak ada yang ganjil.
Makin bertanya-tanya, Dokter Jeon pun membuka mulut, “Myungho.”
“Ya?” seketika, Tuan Seo tersadar.
“Ada apa?”
Alih-alih menyatakan kalimat penenang, Tuan Seo malah menunduk. Parasnya cemas. Melihat itu, Dokter Jeon pun perlahan mendekat untuk memeluk pinggang suaminya dari belakang. Untunglah sedang jam istirahat toko, sehingga mereka hanya berdua di sana.
“Sayang...?” dikecupnya leher Tuan Seo, persis dekat bahu. Di balik kerah kemeja itu, ada bekas gigitan baru yang nantinya akan pudar lagi dimakan waktu, namun cukup untuk menentramkan hati Dokter Jeon.
”...Rasanya,” desah Tuan Seo dengan berat. “Hatiku tidak enak.”
“Firasatmu lagi?”
Tuan Seo berhenti di situ. Firasat. Sesuatu yang tidak bisa dibuktikan dengan logika. Gelas yang retak atau bingkai foto yang pecah tanpa disentuh. Tetapi, kali ini, tidak ada suaminya yang nyaris terserempet kereta kuda ataupun ibu yang mendadak rubuh memegangi dada. Sepanjang pengetahuan Tuan Seo, mereka semua baik-baik saja.
Perasaan apa ini...?
Dering telepon. Pasangan itu spontan menoleh. Mereka saling memandang dan, di dering ketiga, Dokter Jeon mengangkatnya.
“Selamat siang. Klinik Jeon.”
Tuan Seo, entah mengapa, menahan napas kala raut wajah suaminya dengan cepat berubah.
Jadi itu penyebabnya.
Ketika Dokter Jeon akhirnya tiba dengan peluh mengucuri keningnya, pintu rumah keluarga Hong hingga jalanan di depannya telah penuh oleh feromon Alpha yang begitu kuat hingga sanggup mencekik siapapun yang menghirupnya. Buru-buru, dibekapnya hidung. Ia mengambil sapu tangan dari saku untuk diikatnya seputar kepala dan menyuruh Tuan Seo melakukan hal yang sama.
Tidak ada seorang pun di sana kecuali sang Alpha, sumber bau pekat ini, dengan tubuh besarnya meringkuk persis di depan pintu keluarga Hong. Tuan Kim tidak menyadari kedatangan mereka, nampak hilang dalam pemikirannya sendiri.
Dokter Jeon menatap suaminya. Mereka saling mengerti tanpa perlu bertukar kata. Bukan sekali-dua kali mereka berurusan dengan Alpha dan Omega dalam estrus, namun Tuan Seo tetap meremas tangan Dokter Jeon. Pandangan sang dokter melembut, lalu mengecup kening suaminya tercinta.
Perlahan, mereka mendekati Tuan Kim. Adalah tindakan berbahaya untuk mendekati Alpha dalam kondisi estrus. Mereka rentan mengamuk, tidak kuasa mengendalikan diri. Teritorial dan posesif, pula meningkat beberapa kali lipat. Siapapun yang masuk ke dalam wilayah mereka saat mereka atau Omega mereka dalam kondisi estrus bisa berakhir di rumah sakit atau kuburan.
Dokter Jeon sedikit demi sedikit melangkah mendekat. Jakunnya bergerak saat ia menelan ludah. Begitu ia berdiri persis di depan Tuan Kim dan Alpha itu bahkan tidak mengangkat kepala, Dokter Jeon berjongkok sembari memberikan tanda agar Tuan Seo segera masuk. Dipeganginya kedua bahu Tuan Kim, menjaga agar Alpha itu tidak menyerang suaminya yang tengah mengetuk pintu.
“Nyonya Hong.”
Tok. Tok. Tok.
“Maaf, saya Seo Myungho dari Klinik Jeon. Tetangga Anda, Nyonya Nam, meminta kami datang. Bolehkah saya masuk?”
Tok. Tok. Tok.
“Nyonya?”
Mereka menunggu beberapa saat sampai bebunyian di pintu datang. Dokter Jeon segera membekap hidung Tuan Kim ketika pintu dibuka. Bau manis yang sama menyesakkannya menguar dari celah pintu. Tuan Seo buru-buru masuk, menyelotkan tubuhnya yang langsing melalui celah yang terbuka. Secepat bau itu datang, ia kembali hilang saat pintu, sekali lagi, dikunci rapat.
Dokter Jeon menghela napas lega. Kini, perhatiannya jatuh ke Alpha di hadapannya. Matanya memejam erat dan napasnya tak beraturan. Bajunya kuyup oleh keringat. Alpha itu nampak kacau sekali. Yang paling mengherankan, Tuan Kim tidak menyadari keberadaan Dokter Jeon dan Tuan Seo di sana, bahkan tidak bereaksi ketika pintu rumah keluarga Hong dibuka.
Apakah dia hilang...?
“Tuan Kim?”
Kedua tangan di bahu lebar itu mulai menggoyangkan tubuhnya, berusaha memanggil Tuan Kim kembali ke kesadaran.
“Tuan? Apa Anda baik-baik saja?”
Bisikan demi bisikan terdengar dari bibir Tuan Kim. Tidak jelas dan hanya fragmen yang berantakan. Sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh Dokter Jeon meski jarak mereka sedekat ini. Seakan-akan Tuan Kim...tengah berbicara dengan seseorang yang tak kasat mata.
Mendadak khawatir, Dokter Jeon berusaha lebih keras menyadarkan Tuan Kim. Ia harus membawa Alpha itu kembali dan tidak membiarkannya hilang lebih lama lagi.
“Tuan Kim!”
Kembalilah!
“TUAN KIM!”