narrative writings of thesunmetmoon

Part 69

#gyushuaabo

πŸ”ž slight NC-17

Panas.

Dia merasa panas dan basah dimana-mana. Otaknya nggak bisa berpikir, menolak untuk berpikir, selain keinginan untuk segera memuaskan tuntutan badaniah. Nggak ada rasa haus maupun lapar yang dia rasakan. Nggak ada lagi norma dan akal sehat berjalan. Semua kebutuhan raganya digantikan oleh hasrat bercinta.

Dulu Joshua pernah mengalami hal serupa, tapi nggak sebegini parahnya.

Bagian bawah perutnya seolah mengais dari dalam, mengoyak dan meminta diisi oleh sesuatu. Terus menerus cairan keluar dari liangnya yang berkedut, mendamba knot seorang Alpha untuk mengunci tubuh mereka berhari-hari sementara rahimnya dibanjiri oleh sperma yang panas, yang akan menanam benih di dalam tubuhnya sampai benih itu berbuah.

Dia direduksi menjadi seekor binatang yang hanya tahu membuka pahanya untuk disetubuhi. Andai kesadaran Joshua masih tersisa di dalam raga itu saat ini, dia pasti membenci dirinya sendiri.

Feromonnya menggila. Keringat meluap dari pori-pori kulitnya, bahkan dari sudut-sudut terkecil sekalipun. Bibirnya terus terbuka, baik untuk menyesap sisa feromon Alpha di syal yang menjadi sarangnya maupun untuk memohon agar Alphanya mengisi mulut itu dengan miliknya. Lidah sang Omega menjulur keluar, menitikkan air liur sepanjang dagunya. Seprai dan tempat tidur di bawah tubuhnya telah kuyup oleh campuran segala macam cairan.

Mengenaskan. Mengenaskan.

Salah dimana dirinya sebagai Omega?

Apakah Alpha nggak menginginkannya? Apakah dia nggak dicap pantas buat mengandung bayi Alphanya? Kenapa dia nggak ditiduri sampai sekarang? Kenapa Alphanya nggak ada di sini bersamanya, menemaninya, memberikan apa yang dia mau?

Kemana Alphanya...?

β€œMing—”

Takut.

Aku takut.

β€œβ€”huu...”

Mingyu...

Kemudian, sepasang bibir menyentuh bibirnya bagai air yang diberikan pada pengembara dalam dahaga. Lidah yang menyelusup masuk membuat anak itu mengerang. Tangannya refleks mengalung di leher orang itu, berusaha memperdalam ciuman mereka.

Joshua bahkan nggak sadar kalau bibir dan lidah itu meminumkan sesuatu padanya. Dia hanya tahu bahwa, akhirnya, mulutnya diisi sesuatu. Bahwa tubuhnya direngkuh seseorang. Dengan antusiasme tinggi, anak itu mencium balik, mengaitkan lidahnya dengan lidah orang itu, bahkan cenderung mendominasi. Omega di dalam dirinya telah menunggu saat ini, meski orang itu bukan Alpha sekalipun.

Begitu semua cairan sudah ditelannya, orang itu berusaha melepas ciuman mereka. Dengan susah payah, bibir ditarik mundur. Joshua mengerang protes, terus saja menyatukan bibir mereka. Orang itu pun membiarkan Joshua menciuminya, meraup isi mulutnya sampai dia puas.

Feromon lain pun terlepas, memenuhi kamar itu, bergelut bersama feromon estrusnya yang ganas. Sebagai Beta, dia nggak melawan api dengan api, melainkan perlahan mengelus feromon estrus sang Omega, damai bagai air yang diam-diam menghanyutkan.

Wangi hutan pinus. Udara pegunungan di pagi hari ketika embun masih menetap di dedaunan hijau dan cahaya pertama matahari nampak di ufuk Timur. Harum yang menentramkan dan sangat, sangat lembut, samar-samar menenangkan jiwa dan raga sang Omega.

Perlahan, Joshua sendiri yang membuka mulut dan menjauhkan bibir mereka, menyisakan benang liur yang kemudian putus dan jatuh ke sisi dagunya. Obat yang diminumkan padanya sudah mulai bekerja, didukung pula oleh feromon sang Beta.

Syarafnya perlahan tapi pasti menjadi rileks. Dia bisa bernapas lebih teratur. Hasrat yang menggerogotinya dari dalam pun untuk sementara tertahan. Kelelahan, anak itu jatuh ke kasur, kembali merebah di dalam sarangnya, bergumul manja mengendusi sisa-sisa feromon Alphanya. Nggak lama kemudian, Joshua tertidur.

Seo Myungho, kini banjir keringat dan penampilannya berantakan, bersiap untuk undur diri. Dia menghela napas dan membersihkan bibirnya dengan punggung tangan. Dia akan turun dari kamar itu setelah mengunci pintunya dan akan mengobati Nyonya Hong. Obat-obatan buat Joshua dan ibunya, serta penjelasan cara dan takaran akan diberikannya.

Lalu, secepat mungkin, dia akan menyeret suaminya pulang untuk menolongnya, karena nggak ada yang begitu Myungho benci selain feromon orang yang bukan suaminya menempel di badannya.