Part 78
Tawa pun membahana. Hangat dan lugas. Dada sang Alpha naik-turun karenanya. Sudah cukup lama dia nggak tertawa seperti itu, membuat bahkan tunangannya agak takjub.
“Mingyu tidak menceritakannya padamu?” tanpa menunggu jawaban, Tuan Raja melanjutkan. “Ah ya...dia memang keras kepala akan hal-hal yang remeh.” Joshua masih superrrr kebingungan, susah mencerna fakta yang baru hari ini dia dengar. Matanya melebar sebagaimana mulutnya, memandangi Kim Mingyu yang menunduk salah tingkah, takut bertemu tatapan nggak percaya Omeganya itu.
“Seperti memangil sepupunya sendiri dengan 'Tuan Lee',” Lee Seokmin menyambar. “Padahal kita pernah mandi bersama.”
“I-itu kejadian saat kita masih kecil-!” langsung Mingyu menyanggah.
Wanita Omega di sebelah Mingyu ikut tertawa. “Ah, aku ingat saat itu. Aku yang memandikan kalian,” ucapnya riang. “Anak-anakku yang bandel.”
Muka Joshua udah kayak meme matematika yang populer dipake di sosmed negaranya. Untungnya sang raja menyadari itu dan dia kasihan melihat kebingungan si anak yang kian menjadi.
“Bagaimana kalau kita memperkenalkan diri masing-masing? Sepertinya Tuan Hong memang masih belum mengetahui banyak dari kita,” itu adalah sebuah pernyataan. “Kau sudah mengenalku sekarang. Jujur, kuharap Mingyu yang menceritakannya padamu sebelum ini, tapi apa boleh buat. Maafkan adikku itu. Dia kerap berbuat bodoh, apalagi kau cinta pertamanya.”
“Kak!“
Mingyu merona, seperti halnya dengan Joshua, sementara sang raja hanya menyengir santai, sama sekali nggak merasa bersalah.
“Salam kenal, Tuan Hong,” kemudian wanita Omega di sisi Mingyu angkat bicara. “Maafkan bila anak-anakku membuat susah Anda. Aku telah bertemu dengan ibu Anda di pesta dansa. Anda sama cantiknya dengan Beliau.”
Kerjapan bulu mata Joshua lamat-lamat ketika otaknya berputar ke hari-hari yang sudah jauh di belakang, tertimbun rinai salju.
…
“……Y-Yang Mulia Ibu Suri..?”
Wanita itu pun tersenyum.
Rasanya Joshua otw pingsan. Makin sinis tatapannya ke Mingyu, makin dalam Alpha itu menunduk. Andai tangan mereka di bawah meja belum terlepas, pasti telapak Mingyu basah oleh keringat di bawah telapaknya.
“Kalau aku, kau sudah tidak asing,” Yoon Jeonghan berucap kemudian. “Calon suami Cheol. Halo.”
Tentu saja Mingyu nggak perlu memperkenalkan diri. Si rambut merah di sebelah Jeonghan mengambil alih dengan cepat.
“Kamu orang dari negaraku??”
Paras orang itu terangkat ceria melihat kekagetan di muka Joshua.
“Beneran?? Wow, for real?? Kukira nggak bakal denger bahasaku di sini! Kita harus sering-sering ketemuan! Aku kangen denger bahasa kita!”
“Soonie, calm down,” kekeh si rambut hitam di sebelahnya. Makin dan makin lah Joshua kaget. “Liat, dia bingung. Kesian. Proper intro is long overdue.”
“Sori,” senyuman sang Omega masih belum pudar. “Kenalin. Kwon Soonyoung. Panggil nama ajalah, kayaknya kamu nggak jauh umurnya dariku.”
Kalau Joshua lagi megang gelas, mungkin isinya sudah buyar kemana-mana karena jatuh, membasahi taplak meja Mingyu yang indah, saat mendengar nama itu.
Kwon.
”...Tolong jangan bilang kalo kamu anak raja negaraku...,” hembusnya ragu-ragu.
“That I am, tho,” cengiran.
“Dan suaminya,” si rambut hitam melambaikan tangan. Tangan satunya lagi merangkul pundak sang Omega. “Halo. Wen Junhui. Just Jun is okeeii banget. Aku dari Timur Jauh, kalo kamu pernah denger.”
“Saya jadi penasaran,” bukan Joshua, malah Dokter Jeon yang bertanya. “Apa di Timur Jauh menggunakan bahasa seperti Anda ini?”
“Apa? Oh, enggak, enggak,” ketawa santai, si rambut hitam bernama Jun mengibaskan tangan. “Di sana ngomongnya formal banget. Ananda, Adinda, Kisanak. Cape. Enak di negara Soonie, bisa bebas ngomong kayak gini.”
“Begitu? Tapi kalau turisme di sana, bagaimana?” Myungho pun ikutan mengobrol.
“Di negara kita,” ringisnya pada Myungho, membuat Beta itu memutar bola mata. “Turisme nggak berjalan sebaik itu. Tapi tenang aja. Kudengar raja berikutnya orangnya lebih asik. Mungkin dua-tiga tahun lagi, kamu dan suamimu bisa bulan madu kedua ke sana.”
Pipi Myungho memerah bersamaan dengan dehaman tenggorokan Dokter Jeon. Sepertinya Beta bernama Jun itu nggak bisa dianggap remeh.
“Kalau aku, ah, Anda sudah mengenalku, Tuan Hong,” dari ujung meja, Lee Seokmin tersenyum ceria. “Sepupu Kim, juga sepupu Kak Cheol. Salam kenal lagi.”
Dan itulah semua hadirin di meja makan Kim Mingyu siang itu. Raja di negara yang dia tempati sekarang, ibu dari raja tersebut, tunangan sang raja, adik sang raja, lalu anak dari raja negaranya sendiri beserta suaminya dari negara besar yang satu lagi, seorang dokter dan seorang apoteker; pasangan suami sekaligus sahabat keluarga Hong kini, dan sepupu sang raja.
Pun, di meja itu, terduduk 4 Omega. Omega yang menjadi harta berharga kerajaan ini, entitas yang begitu langka dan begitu dijaga.
Moga-moga nggak ada yang tau pesta ini… Berabe kalo ada musuh kerajaan meracuni hidangan mereka... ato melompat dari semak-semak dan mulai menembaki mereka... ato—
(Joshua. Sayang. Kayaknya kamu kebanyakan nonton netflix.)
“Nah, karena perkenalan telah usai, mari kita memulai lagi,” Tuan Raja mengangkat gelasnya. Serentak seluruh meja mengikutinya, termasuk Joshua walau telat mengangkat gelas. “Mari bersulang untuk Mingyu agar panjang umur dan selalu sehat. Semoga dia segera mengikat janji dengan Omega kekasihnya!”
“KAK!”
Mingyu merona lagi, lebih merah dari sebelumnya. Isi meja tertawa melihatnya. Joshua kepalanya berisikan banyak tanda tanya sampai detik ini.
? ?? ???????
BENTAR DEH, MASA SIH HARI INI ADALAH—
“Selamat ulang tahun, Adikku!”
.
.
.
“HAH????!!!”
—KIM MINGYU!!11!!11!!1!!