narrative writings of thesunmetmoon

Part 80

#gyushuaabo

“Mingyu.”

“Selamat malam, Joshua, ada apa? Bukankah ini sudah terlalu larut untuk menelepon?”

“Mm. Ada yang aku lupa di pesta tadi siang, makanya aku nelpon kamu sekarang.”

“Ada apa...? Anda tidak apa-apa kan?”

“Nggak pa-pa. Ah, kamu khawatiran banget sih.”

“Tentu saja. Saya tidak ingin sesuatu terjadi pada Anda dan—”

“Mingyu, selamat ulang tahun.”

“—saya—oh.”

“Aku nelpon mau ngucapin itu. Baru sadar kalo aku belum ucapin. Maaf ya aku lupa. Selamat ulang tahun.”

”...S-saya—”

“Istirahat kamu. Met malem,”

“Joshu—”

“Alphaku.”

Trak. Tut, tut...

.

.

.

“Tuan Kim, apa Anda baik-baik saja?” Tuan Park, yang tengah memastikan kunci-kunci terpasang untuk terakhir kalinya malam itu sebelum bertolak ke kamarnya sendiri, menemukan sang tuan rumah berdiri di lorong dengan gagang telepon di genggaman. Ia terkejut bukan karena menemukan sang Alpha di sana, sebab dirinyalah yang menyampaikan kedatangan telepon itu ke Tuan Kim, namun ia terkejut karena hal lain.

“Tuan Park. Tentu saja saya baik-baik saja,” buru-buru Tuan Kim menaruh gagang itu kembali. “Kenapa Anda bertanya begitu?”

“Tuan,” Tuan Park berucap. “Muka Anda merah sekali.”