Part 83
“Naif.”
“Ha?”
“Won.”
“Naif, menurut saya,” Dokter Jeon menaikkan kacamatanya. “Menikah lalu yakin Tuan Kim tidak akan berusaha membuat Anda hamil karena Anda tidak menghendakinya? Naif.”
Joshua merengut kesal. Hari ini adalah sesi konsultasi rutinnya dengan Jeon Wonwoo. Dokter itu nampak senang ketika Joshua dengan semangat melaporkan bahwa masa estrusnya datang di awal bulan ini. Dokter Jeon bilang kalau setelahnya, diharapkan siklus estrus Joshua akan kembali normal, yakni per 6 bulan sekali. Estrus Joshua berikutnya akan datang di bulan Desember.
Namun, raut senang itu berubah mengernyit ketika Joshua bertanya mengenai pernikahan, yang kemudian berlanjut ke dua hal: Myungho dipanggil masuk untuk ikut berpendapat dan Joshua yang menceritakan obrolannya dengan Jeonghan serta Soonyoung.
Yang, kemudian, membawa kita kembali ke awal cerita ini.
“Mingyu bukan orang yang kayak kamu bilang itu!” lipatan lengan di dada, mendadak defensif akan tuduhan Dokter Jeon terhadap Alphanya. “Dia nggak akan berani maksa aku ngelakuin apa yang aku nggak mau!”
“Sebentar. Saya perlu merevisi kalimat saya,” dokter itu mendengus. “Tuan Kim mungkin tidak, tapi Alphanya bisa jadi.”
Joshua berkedip. Myungho menghela napas di sebelah Joshua.
”...Alpha...Mingyu...?”
Dokter Jeon mundur. Punggungnya merebah di sandaran kursi. “Seharusnya saya tidak membocorkan rahasia pasien, tapi Anda berniat menikahi Tuan Kim, jadi saya pikir Anda setidaknya harus tahu hal ini,” desahnya lelah. Dokter Jeon mencopot kacamatanya lalu menekan jembatan hidungnya. Pasien datang silih berganti membuatnya sudah mulai letih. Suaminya, menyadari ini, menatapnya cemas. “Dengar, Tuan Hong, saya bukannya ingin menentang rencana pernikahan Anda. Tapi bila pemikiran Anda seperti itu, maka saya merasa harus mengklarifikasinya.”
Diam-diam, Joshua meneguk ludah. Myungho melihat tangan Omega itu gemetaran sedikit, lantas menaruh tangannya sendiri di atasnya. Joshua merenggutnya, menggamit tangan Myungho bagai jangkar penyelamat. Sebelah alis Dokter Jeon menukik menyaksikannya, nggak suka suaminya berpegangan tangan dengan lelaki lain, namun senyuman lembut Myungho padanya membuat sang dokter menelan balik protesan sebelum terlontar.
Dia hanya mengenakan dan menaikkan kacamatanya, lagi, namun lebih gelisah kali ini.
”...Apa?” dorong Joshua, ketika dokter itu nggak kunjung memberitahunya.
“Tuan Kim,” mulai Dokter Jeon dengan helaan napas berat. “Sudah berpuluh tahun menahan Alphanya.”
Muka Joshua nggak menyatakan pemahaman, jadi Dokter Jeon merangsek maju, mendekatkan dirinya ke sang pasien.
“Tuan Hong, Tuan Kim selama ini mengekang Alphanya, dengan kehendaknya, agar tidak berlaku seperti Alpha lainnya,” ulangnya lagi, perlahan-lahan. “Apakah Anda paham maksud saya?”
Sekerjap. Dua kerjap. Myungho ikut memperhatikan sang Omega dengan kecemasan terpateri di wajah. Tangannya meremas balik tangan Joshua.
“Maksud kamu—”
“Maksud saya,” nggak sabar, sang dokter. Enggan buang-buang waktu, separuhnya karena gregetan. “Anda tidak bisa menikah dengan seorang Alpha yang telah menahan diri sebegitu lamanya dan berharap Alphanya tidak mengambil alih dan mencoba mengembalikan kodratnya sebagai Alpha.”
Joshua tercenung.
“Mendominasi. Melanjutkan keturunan. Melihat Omeganya penuh dan bulat oleh bayinya...”
Nada rendah Dokter Jeon membuat bulu kuduk Joshua berdiri.
“Wonwoo, cukup,” cepat, Myungho menyela. Ditariknya kepala Joshua hingga bersandar di bahunya. “Tuan Hong sudah paham maksudmu. Cukup.”
“Maaf, Tuan Hong, saya hanya menyebut beberapa sifat generik Alpha,” tanpa penyesalan, matanya yang awas meneliti reaksi Joshua. “Saya sedikit banyak yakin Anda ada sejarah tidak mengenakkan dengan Alpha. Biar saya tanyakan ini pada Anda.”
Masih terguncang, anak itu merenggut lengan kemeja Myungho. Ingin lari dari kenyataan pahit yang keluar dari celah bibir suami sahabatnya itu.
“Bila Tuan Kim suatu hari berlaku seperti Alpha lainnya, apakah Anda akan tetap mencintainya?”