narrative writings of thesunmetmoon

Part 91

#gyushuaabo

“Jeonghannie.”

Ditimpa sinar mentari yang memancar dari jendela besar, kedua calon mempelai dalam prosesi pernikahan nampak begitu indah. Joshua bagai menyaksikan dongeng yang dibacakan ibunya ketika dia masih kecil dulu keluar dari buku cerita.

Raja Alpha yang mencintai seorang Omega biasa dan mereka menikah di bawah restu seluruh dunia.

“Aku bertemu denganmu di musim panas yang sama teriknya seperti hari ini. Waktu itu kau bersembunyi di balik semak di halaman istana, seakan tidak ingin terlihat olehku. Setelah kupikir-pikir, wajar saja kau begitu, sebab, sekali pandang, kau langsung memilikiku.”

Senyum yang tertarik di wajah sang Omega kala mendengarnya antara malu dan bahagia.

“Kau sudah bersama denganku selama ini, dalam suka maupun duka. Pernikahan ini meresmikan keterikatan kita di mata semua orang, namun jauh dalam hatiku, aku tahu bahwa aku selamanya milikmu.

Bila seseorang memang terlahir untuk orang lain, maka aku yakin aku terlahir hanya untuk menyayangimu. Raja atau gembala domba, aku hanyalah Alpha yang memujamu selamanya, Sayangku...”

Tanpa memutus pandangan, sang raja mengelus punggung tangan dalam genggamannya.

“Aku akan selalu bersamamu sampai duniaku tidak lagi ada. Bukan berjalan di depan sebagai pemimpinmu, atau di belakang sebagai pengikutmu, tapi aku akan berjalan di sisimu sebagai sahabat dan suami. Baik dalam senang maupun sedih. Baik dalam hidup maupun mati.

Terima kasih karena telah memilihku, Yoon Jeonghan.

Jika lidah mudah berdusta, maka biarkan aku membuktikannya padamu seluruh hidupku. Aku akan mencintaimu dan anak-anak kita kelak dengan seluruh jiwaku...”

Berdetak, jantung Mingyu. Hangat menyebar dari dalam dada ke seluruh tubuh sang Alpha kala menyaksikan dua orang yang dikenalnya paling lama akhirnya mengikat janji abadi bersama. Tangan Joshua tidak lagi menyantol di sikunya, namun di dalam genggamannya. Tangan sang Omega yang besar dengan jari-jemari yang panjang itu terasa familier di tangan Mingyu. Ia perlahan mengangkat tangan Joshua, membuat sang Omega mengikuti dengan pandangannya, hingga ia bisa mengecup punggung tangan itu dengan penuh perasaan.

Dalam rongga dada sang Omega, dentuman jantung hampir menulikannya dari sumpah yang ditukar kedua calon mempelai. Mingyu menatapnya seolah ia yang ingin mengucap janji itu padanya.

“Cheollie...”

Getir. Sahabatnya mungkin menangis lagi di depan altar.

“Kau tahu? Aku sempat mau kabur dari pernikahan ini.”

Joshua tersentak, lalu mengalihkan pandangan dari Mingyu untuk kembali ke sang raja dan kekasihnya. Semua orang di sana juga terkejut mendengarnya.

“Aku takut, Cheol. Aku tidak punya setetes pun darah biru dalam nadiku. Apa aku pantas mendampingimu, menemanimu di atas takhta ini? Bukankah lebih baik aku kabur dan hidup bebas, entah di mana?”

“Hani...”

“Tapi, sahabatku lalu menyadarkanku bahwa itu pemikiran yang bodoh. Dia bilang kalau aku masih bisa hidup bebas bahkan setelah kita menikah. Aku masih bisa menginjak pasir putih dan menatap laut biru bahkan setelah aku terikat denganmu.”

“Ya...,” tuan raja menyentuhkan kening mereka. “Kau bisa, Sayang...”

“Dulu, aku pikir aku akan menjadi seekor burung yang terbang bebas di langit. Mengembara sendirian tak tentu arah, mencoba menemukan kebahagiaanku, entah apa. Namun, di usiaku yang kedelapan, aku menemukanmu.

Dan aku tidak ingin lagi mengembara sendirian, Cheol, aku ingin mengembara bersamamu.”

Joshua berkedip untuk menghalau haru yang berkumpul di matanya.

“Aku mencintaimu, Choi Seungcheol. Bahkan bila kau bukan raja sekalipun, aku mencintaimu. Meski aku bisa hidup tanpamu, tapi aku tidak mau.

Jika manusia hanya memiliki satu kali kesempatan untuk hidup, maka aku ingin hidup denganmu dan mati denganmu.

Terima kasih karena telah menungguku selama ini. Mulai sekarang, biarkan aku berjalan di sisimu, Cheol. Aku akan membuatmu bahagia, di bawah cerah matahari maupun redupnya awan. Meski hujan turun sekalipun, deras dan mengerikan, aku akan menghadapinya bersamamu.

Biarkan aku mencintaimu seperti kau mencintaiku, Alphaku...”

.

.

Bila kita memang hanya hidup satu kali...

“Mingyu...”

Joshua mengeratkan genggaman tangannya.

“Ya?”

Sang Alpha agak membungkuk agar bisa mendengar perkataan Omeganya. Joshua mendongak, menarik kerah jas sang Alpha sambil tersenyum amat manis.

.

.

(“—sah sebagai suami dan suami. Silakan mencium suami Anda—”)

.

.

“Aku mau nikah sama kamu.”

Lalu, Joshua mencium Mingyu tepat di bibirnya.

.

.

...maka aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu.