Part 96
Sepasang mata Omega berbinar-binar. Pasalnya, kini di depannya, tertidur dua makhluk mungil yang berwarna kemerahan. Mereka diletakkan bersisian di atas tempat tidur besar. Gaun tidur mereka putih bersih. Mata mereka terpejam dan jari-jemari mereka yang mengepal erat nampak sangat, sangat kecil. Begitu kecil.
KECIL BANGET.
“Kayak bayi tikus—ADUH!“
Sambitan pun datang dari ibu keduanya.
“Mulut dijaga!”
“Lah...kan bener kayak curut—ADUH!“
Ayah kedua anak itu nggak mau kalah. Dicubitnya pipi Joshua sampai anak itu mengerang kesakitan. Mingyu pun membantu melerai pasangan yang baru menjadi orangtua itu dari tunangannya. Sambil manyun, Joshua memeluk Mingyu, berlindung di balik tubuh besar sang Alpha.
“Gemes gini dibilang curut, parah banget,” Soonyoung misuh-misuh. Dielusnya pipi salah satu bayinya. Mulut kecil itu megap-megap, lalu jari-jemari mungil berpegangan pada telunjuknya. Soonyoung secara harfiah meleleh seperti keju di panggangan. “Biarin aja ya, Nak, biar Om Shua nanti kena karma. Anaknya yang kayak curut.”
“Yah, jangan dong,” selorohnya 😗 “Eh tapi nggak mungkin kayak curut juga sih, bapaknya aja segede gini.”
“JOSHUA! AP-AP—” kaget, Mingyu salah tingkah. Mukanya super merah.
“Lho? Emangnya kamu nggak mau punya anak?” malah bingung, anak itu bales nanya.
“Ma—” makin malu, Mingyu menunduk makin dalam. “—mau sih...” (⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄
“Tapi nanti.”
“Oh?”
“Aku mau kita berduaan dulu berapa tahun gitu,” Joshua menatap Mingyu. “Nggak apa kan?”
Menatap balik, Mingyu tersenyum lembut. Diraihnya tangan Omeganya dan dielusnya punggung tangan itu dengan penuh sayang.
“Baik, apapun kehendak Anda,” jawabnya. “Saya sudah menunggu Anda seumur hidup saya. Menunggu beberapa tahun lagi apalah artinya.”
“Mingyu...”
“EHEM! EHEM!” sengaja, Soonyoung berdeham keras. Spontan, sang Alpha dan Omega melepaskan tangan. “Plis. Kalo mau pacaran, jangan di depan anak-anakku. Kalo kalian udah nggak ada urusan, mending pulang sana.”
“Enggak~ masih mau maen sama Dedek~” rengek si anak. Dia pun merangsek ke sisi Soonyoung, mendusel pipi sang Omega yang lebih tua itu dalam usahanya meluluhkan hati yang bersangkutan. It works, somehow. Soonyoung balas mendusel, membuat senyum Joshua melebar.
“Ini yang cewek ya?” Joshua menekan perlahan pipi si bayi yang tembam.
“Bukan. Itu yang cowok.”
“Hoo,” tekan, tekan. Membal. “Namanya siapa?”
“Macan 1.”
...
“Hah?”
“Ini Macan 1. Yang ini Macan 2,” dengan ceria, ibu mereka menunjuk ke bayi-bayinya. “Keren kan?? Aku tadinya mau kasih nama Kekuatan Macan gitu, biar ganteng. Yang cewek Keanggunan Macan, soalnya macan cewek kan elegan gitu. Eh bapaknya nggak mau!” 😤
“Eeehhh.........”
Ragu-ragu, Joshua mencari Jun, menatapnya melalui atas kepala Soonyoung. Beta itu cuma menggelengkan kepala perlahan sambil memejamkan mata. Kesian. Pasti capek jadi suami Soonyoung.
Semangat, Juned bisa! ୧( ˵ ° ~ ° ˵ )୨
“Yang cewek namanya Seongso,” akhirnya dia duduk di sisi tempat tidur, persis di sebelah Soonyoung. Dia memeluk dan menaruh dagu di bahu suaminya itu. “Yang cowok—”
“KIBUM!”
Soonyoung: 😄
Jun: 😅
Joshua: 😯
Mingyu: 😶?
“—yeap, Kibum.” Jun pun melanjutkan timpalan suaminya. “Seongso dan Kibum. Macan 1 sama Macan 2 itu cuma—emmmmm—panggilan sayang? Gitu deh.”
“Emm....jangan bilang Kibum itu dari nama—”
“SHINEE LAH! THE BEST GROUP IN THE WHOLE WORLD!”
“Aah...jangan dinyalain dong. Kamu sih,” decak Jun. “Dia nggak bakal setop ngomongin Shinee abis ini deh.” (˘・_・˘)
“Eeehh....Maaaaff...” (・–・;)ゞ
“Shinee itu apa?” 😶
“KIM!” Jun menyambar, kaget. “STOP—”
Terlambat. Kwon Soonyoung telah mendengarnya. Omega itu berbalik, lalu, dengan mata yang berkilau terang (baca: mengerikan), dia pun menyambar bahu Kim Mingyu, merangkul pundak Alpha itu sambil mengulurkan lengan ke atas.
“Kamu mau tau soal Shinee? NO WORRIES! Aku ceritain!” penuh semangat 45, sang Omega memulai kisahnya. “Shinee adalah grup musik terkeren dari negaraku. Mereka berlima—”
Tok, tok.
“Kim,” setelah mengetuk, Yoon Jeonghan membuka pintu. “Oh. Maaf mengganggu waktumu dengan Kwon. Kau dipanggil Cheol.”
“Che!” decak Soonyoung yang omongannya terpotong paksa.
“Saya? Kak Cheol memanggil saya?” sang Alpha berdiri dan mendekati Jeonghan. Joshua memperhatikan, sama bingungnya dengan Mingyu. “Ada apakah?”
Namun, Jeonghan hanya tersenyum simpul, lalu berbalik, tanpa kata-kata menyuruh Mingyu mengikutinya.
“Mingyu,” panggilan Omeganya menghentikan langkah sang Alpha. Joshua bergegas mendekatinya. “Aku perlu ikut? Jeonghan kok agak aneh...”
“Ah,” ia pun mengelus pipi Omeganya untuk memberi ketenangan batin. “Tidak apa. Saya akan segera kembali. Saya yakin tidak ada hal yang serius terjadi.”
“Hmm...”
“Anda tidak perlu cemas,” senyumnya.
“Oke,” meski masih ragu, Joshua juga nggak mau membuat Mingyu ikut cemas. Anak itu berjinjit sedikit dan mencium bibir Alphanya. “Biar siap kalo kakak kamu marahin kamu.”
Kedipan sebelah mata.
Pipi sang Alpha merona, walau kemudian, dia tersenyum senang. Dia membalas dengan kecupan di kening sang Omega.
“Terima kasih, Sayang.”
Yang, tentunya, membuat Omeganya juga senang ❤️