uncertainty.
“Myungho-ya...”
“Hmm?”
“Bisa minggir dikit nggak?”
Alis Minghao berkerut. Seokmin menghela napas sebelum beranjak sedikit, menciptakan jarak kecil di antara mereka sehingga Minghao, mau tak mau, mengangkat kepalanya dari bahu Seokmin. Kerutan alis Minghao semakin dalam. Di depan sofa mereka, member yang lain tengah asyik bermain game konsol.
(“Yak! Situ! Situ lagi!”)
(“Hajar, Ji!”)
(“AH, COUPS!”)
(“HAHAHAHAHAHAH!!”)
(“BANGSAAAAATTT—”)
Seokmin menghela napas lagi. “Napa sih?” decaknya pada Minghao yang masih merengut.
“Lo yang napa.”
“Eh, dengerin. Bukan mau gue ya.”
“Terus ngapain lo jauh-jauh gitu? Gue kan lagi enak-enak tiduran tadi.”
“Laki lo tuh!”
Minghao mengikuti arah telunjuk Seokmin dan—
—oh.
Meski Wonwoo memalingkan wajah secepat membalik tangan, Minghao sempat memergokinya. Apalagi, lelaki itu buru-buru menaikkan bagian tengah gagang kacamatanya dan mendadak mengajak orang di sebelahnya mengobrol ngalor ngidul (kali ini Joshua yang menjadi orang malang itu), dua gestur khas Wonwoo saat berusaha menyembunyikan saltingnya.
Gestur yang membuat Minghao, diam-diam, menarik senyuman simpul.
Tanpa disadarinya, Seokmin memutar bola mata melihat tingkah laku kedua pemuda kasmaran itu. Ia cuma berharap mereka segera berhenti main tarik-ulur begini dan meresmikan hubungan mereka, karena, jujur, jadi objek iri seorang Jeon Wonwoo yang posesif tuh nggak enak, gaes! 😮💨
“Jadi, kapan lo bilang?”
“Bilang apaan?”
“Ke Wonu-hyung,” jelas Seokmin. “Bilang kalo lo suka sama dia.”
Mendengar hal itu, Minghao mengerjap.
“Emangnya gue suka sama dia?”
”...Hah?”
Terperanjat, bola mata Seokmin melotot dan mulutnya menganga. Minghao terkekeh kecil melihatnya.
“Tapi...Wonu-hyung suka sama lo...?”
“Kata siapa?” bibir Minghao manyun. “Nggak tau juga. Dia nggak bilang apa-apa tuh ke gue.”
“Eh...lo...suka sama dia...kan?”
Kali ini, Minghao mengangkat kedua bahu. Parasnya santai tanpa beban. Makin bingunglah Seokmin dibuatnya.
“Tapi—”
Minghao kembali terkekeh, “Udah. Lo nggak usah mikirin. Ini urusan gue sama dia,” ucapnya. “Gue nggak mau sibuk mikirin apa-apa, apalagi buat hal yang belom pasti bener. Dia sama gue nggak ada bedanya kayak gue sama elo.”
Pembicaraan itu dilepas di situ. Minghao kembali menonton yang lain bermain game, sementara Seokmin yang malang ditinggalkan dalam keheranan karena, sumpah, dirinya yakin mereka berdua saling suka.
Ya sudahlah...
Menghela napas, Seokmin hanya bisa berharap kalau Wonwoo segera mengambil tindakan, jika benar ia menginginkan Minghao bagi dirinya sendiri.