Bali, 3rd day.


Hari ini merupakan hari ketiga mereka berada di Pulau Dewata. Rencananya, hari ini mereka akan pergi ke Bali Zoo, Desa Celuk, dan Kawasan Desa Wisata Ubud. Hailee dan Olla yang telah mendapatkan tugas untuk memasak sarapan selama mereka di Bali segera melaksanakan tugasnya. Begitupun dengan Rora, setelah merapikan ruang tengah sisa anak-anak begadang semalam, dia menuju kamar-kamar untuk membangunkan mereka.

Destinasi pertama mereka hari ini adalah Bali Zoo. Marcell dan Jerri mendapat giliran mengemudikan mobil hari ini. Mereka meninggalkan villa pukul 08.15. Perjalanan menuju Bali Zoo memerlukan waktu sekitar 30 menit. Sesampainya disana, Olla dan Jevan menuju ke loket untuk membeli tiket, diikuti yang lainnya. Setelah mendapatkan tiket, mereka menuju ke pintu masuk zoo untuk bergiliran mendapatkan gelang sebagai tiket masuknya.

Awalnya mereka berjalan bersepuluh, namun tiba-tiba Chalvin dan Jovial menghilang entah kemana. Meninggalkan yang lainnya dibelakang. Kali ini, Hayden sengaja menahan langkah Hailee agar mereka berada di barisan paling belakang dari rombongan. Mau pacaran, katanya.

“Ikut aku yuk, Kak!” ajak Hailee dengan bisik-bisik namun ternyata masih bisa didengar oleh Olla.

“Mau kemana, Lee?” tanya Olla tepat ketika Hailee akan menggandeng tangan Hayden.

“Mau pacaran dong, iya nggak, yang?” itu Hayden.

“Eh, hehehe iya, La. Mau ngasih makan buaya,” jawab Hailee santai.

“Loh, bukannya lo udah punya buaya ya, Lee?.” sahut Jerri yang ternyata ikut menghentikan langkahnya ketika mendengar percakapan Hayden, Hailee, dan Olla.

“Buaya apaan anjir?” Marcell menimpali.

“Oh, maksud lo gue buayanya?” tanya Hayden kepada Jerri.

“Lo sendiri ya yang ngomong, Den. Bukan kita-kita,” sahut Rora yang kemudian disusul tawa dari mereka semua.

“Eh yang, nggak usah dengerin apa kata orang ya. Aku bucin sama kamu aja kok,” balas Hayden sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk gesture peace kepada Hailee.

“Ya lagian lo nyautin omongannya Jerri. Udah tau Jerri gimana masih aja ditanggepin,” imbuh Jevan selepas dia tertawa.

“Yaudah, kalo mau misah, misah aja gapapa, Lee. Nanti kumpul lagi di restoran yang deket toko souvenir ya,” ujar Marcell menyudahi perdebatan kecil diantara mereka.

Oh iya, saat masuk tadi mereka diberi beberapa lembar peta oleh petugas. Peta itu nantinya akan memudahkan mereka untuk mengelilingi zoo. Jadilah Hayden mengikuti Hailee yang berjalan terlebih dahulu menuju tempat yang dimaksud Hailee tadi. Sepanjang jalan, Hayden menggandeng tangan Hailee. Setelah agak menjauh dari teman-temannya, Hailee tiba-tiba berujar, “Sebenernya aku nggak mau ngasih makan buaya sih, Kak.”

Hayden yang mendengarnya lalu menghentikan langkah, menatap perempuan disampingnya.

“Lah, emang mau apa?”

“Mau berdua aja sih, kan tadi Kakak bilang mau pacaran.”

“Ya Tuhan, gemes banget sih pacarku. Bisa juga kepikiran kaya gitu ternyata,” sambut Hayden sambil mengacak puncak kepala Hailee.

“Kan diajarin sama Kakak.”

“Hahaha, yaudah deh. Yuk kita jalan. Nanti kesusul mereka lagi,” ucap Hayden, lalu dengan tangan Hailee digenggamannya, berjalan mengikuti arahan dari peta yang dipegangnya di tangan lainnya. Sesekali mereka mengambil foto satu sama lain.

Tidak terasa, mereka berdua telah sampai ditempat yang dimaksud Marcell tadi. Ternyata mereka menjadi yang terakhir datang. Ketika mereka sampai, Marcell langsung mengajak melanjutkan perjalanan, karena hari itu mereka akan mengunjungi banyak tempat.


Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di Desa Celuk. Desa ini merupakan desa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengrajin emas dan perak. Mereka berkeliling sebentar, sepanjang jalan di desa ini diisi oleh toko-toko sekaligus rumah para pengrajin emas dan perak. Hayden sengaja membiarkan Hailee berjalan didepan dengan Olla dan Rora. Mengingat sedari pagi Hailee sudah bersamanya. Sekalipun ingin, dia tidak mau egois dengan meminta Hailee disampingnya sepanjang waktu. Tanpa sepengetahuan Hailee, Hayden mampir sebentar ke salah satu toko. Hayden melihat sebuah cincin perak dengan hiasan berbentuk love warna-warni di sekelilingnya. Tanpa pikir panjang, Hayden membeli cincin tersebut untuk Hailee.

Setelah puas melihat-lihat keseharian para pengrajin dan berbagai macam kerajinan emas dan perak, mereka memutuskan untuk beranjak. Tujuan mereka selanjutnya adalah Ubud. Sesampainya mereka di Ubud, mereka akan makan siang terlebih dahulu. Mereka memutuskan untuk makan siang di sekitar Tegalalang Rice Terrace. Disana mereka bisa menikmati makan siang dengan pemandangan hamparan sawah hijau yang menyejukkan mata.

Setelah makan siang, mereka berkeliling sebentar di Tegalalang Rice Terrace, kemudian mereka bertolak menuju Monkey Forest Ubud. Seperti namanya, hutan tersebut banyak dihuni oleh monyet. Chalvin dan Jovial yang antusias seperti biasa sudah terlebih dahulu memasuki kawasan hutan tersebut. Tak lupa mereka membawa makanan yang nantinya akan diberikan kepada monyet-monyet yang ada di dalam sana. Setelah menemukan Jovial dan Chalvin, mereka berkeliling sebentar. Ternyata monyet-monyet disini sangat usil. Beberapa kali Jerricho menjadi sasaran keusilan monyet-monyet itu.

“Ini kenapa monyetnya deket-deket gue mulu ya. Kayanya mereka tau kalo gue ganteng, makanya deketin gue mulu,” ucap Jerricho di sela-sela memberi makan monyet-monyet tersebut.

“Nggak usah pede gitu deh, Kak. Tolong,” Olla mengeluh, tidak sanggup lagi menghadapi tingkat kepedean kakaknya yang sepertinya diatas rata-rata.

Mereka hanya berkeliling sebentar disana. Karena destinasi selanjutnya lebih membutuhkan banyak waktu untuk dikelilingi. Walaupun mereka menyusun itinerary sendiri, namun sebisa mungkin mereka kembali ke villa tidak terlalu malam. Tujuan mereka berikutnya adalah Ubud Art Market. Sesampainya disana, mereka kembali terpisah, Hailee, Olla, dan Rora berjalan lebih dulu. Yang disusul dengan cowok-cowok dibelakang mereka. Olla melihat ada tas anyaman yang menarik perhatiannya, kemudian mengajak Hailee dan Rora untuk melihatnya lebih dekat. Setelah beberapa saat memilih, Olla membeli beberapa tas anyaman tersebut. Buat oleh-oleh mami sama bunda, katanya.

Mereka lanjut menelusuri pasar tersebut. Hingga pandangan Hailee tertuju pada satu toko yang menjual beragam model baju dan kain-kain khas Bali. Hailee berjalan mendahului Olla dan Rora untuk mendekat ke toko tadi. Hailee melihat banyak sekali model baju yang dijual disana. Kemudian dia memutuskan untuk membeli beberapa potong jumpsuit untuknya, beberapa helai kain Bali untuk mami, serta beberapa kemeja pantai untuk papi. Setelah membayar, mereka lalu melanjutkan berkeliling pasar tersebut. Hailee melihat ada toko yang menjual peralatan rumah tangga yang terbuat dari kayu. Dia mengajak Olla dan Rora untuk melihat-lihat kesana. Ternyata di dalam toko tersebut lebih banyak lagi peralatan rumah tangga yang dijual. Akhirnya ketiga perempuan itu membeli beberapa barang untuk oleh-oleh ibunya masing-masing.

Sedari tadi Rora hanya melihat-lihat dreamcatcher yang tergantung di teras-teras toko tanpa ingin membelinya. Rendra beberapa kali menawarinya untuk membeli dreamcatcher, namun ditolak olehnya. Ya, Rendra masih khawatir dengan keadaan kaki Rora yang sebetulnya sudah baik-baik saja. Itulah alasannya mengapa dia disini sekarang, mengikuti Hailee, Olla, dan Rora berbelanja. Untungnya dia tidak mendadak menjadi babu yang disuruh membawakan belanjaan mereka semua.

Sebenarnya, saat Hailee, Olla, Rora, dan Rendra memasuki pasar tadi, anak-anak lain hanya sebentar melihat-lihat sekeliling pintu masuk pasar tersebut. Hayden, Chalvin, dan Jovial sempat membeli topeng khas Bali, entah untuk apa. Hingga Jerri menemukan sebuah warung di dekat tempat parkir. Mereka semua memutuskan untuk menunggu disana selagi cewek-cewek dan Rendra kembali dari berbelanja.

Matahari sudah hampir tenggelam saat mereka yang ditunggu menyudahi kegiatan belanja mereka. Karena tidak ingin sampai villa larut malam, mereka memutuskan untuk langsung makan malam. Sembari bersiap pulang, Olla mencari restoran di sekitar daerah tersebut di internet. Tidak butuh waktu lama, Olla menemukan sebuah restoran yang mungkin bisa mereka tuju berdasarkan informasi yang didapatnya. Mereka segera masuk mobil masing-masing dan menuju ke restoran tersebut.

Setelah menikmati makan malam, mereka bergegas untuk menuju villa. Hari ini cukup melelahkan bagi mereka. Hayden menawarkan diri kepada Marcel untuk menggantikannya mengemudikan mobil yang tentu saja disetujui oleh Marcell. Sebagai gantinya, Hailee menemaninya duduk di kursi penumpang depan. Sebagian besar destinasi yang mereka kunjungi hari ini hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Jadilah mereka semua, penumpang di masing-masing mobil tidur. Hailee senantiasa terjaga, menemani Hayden mengendarai mobil. Suasana di mobil tidak terlalu sepi, karena Hayden memutar lagu di car audio system. Hailee sedang menikmati angin malam dari jendela mobil yang terbuka saat Hayden memanggilnya.

“Lee?”

“Iyaa, Kak?”

“Coba buka dashboard deh. Nanti ambil kotak item kecil ya.” pinta Hayden sambil masih fokus melihat ke jalanan didepannya.

“Hah? Bentar, Kak.”

Kemudian Hailee membuka dashboard mobil dan mengambil kotak hitam itu, seperti yang diminta Hayden tadi.

“Udah nih, Kak. Apa deh isinya?”

“Kalo mau tau buka aja.”

Lalu Hailee membuka kotak hitam kecil tersebut. Matanya terbelalak ketika dia mendapati isi kota itu adalah cincin.

“Seneng nggak, Lee?”

“Ini buat aku, Kak?”

“Ya iyalah, masa buat Olla. Bisa di gaplok Jevan kalo aku beliin Olla cincin.”

“Lucu banget, gemes ih. Makasih banyak ya, Kak.”

My pleasure, sayang. Coba pake deh, pasti cocok banget.”

Kemudian Hailee memasangkan cincin tersebut di jari telunjuk sebelah kanannya.

“Bagus banget, Kak. Makasih, makasih, makasih pokoknya.”

Detik berikutnya, ━cup. Hailee mencium pipi Hayden. Susah payah Hayden memfokuskan pikirannya ke jalan. Benar-benar respon yang tidak diduga oleh Hayden. Anjing, aba-aba nih beneran nggak berguna buat seorang Hailee, batinnya. Setelah mengumpulkan kesadarannya, Hayden meraih tangan Hailee untuk digenggamnya. Yang kemudian genggaman itu dibawanya untuk mendapat kecupan singkat. Hailee yang mendapatkan perlakuan seperti itu seakan membeku, kesadarannya hilang sepersekian detik.

Akhirnya mereka sampai di villa setelah hari panjang yang mereka lalui. Ternyata Jerri sudah sampai di villa terleboh dahulu. Hayden kemudian membangunkan Marcell, Jovial, dan Chalvin di bangku tengah, sedangkan Hailee mengambil belanjaannya di bagasi mobil. Lalu mereka semua masuk kedalam kamar masing-masing untuk beristirahat.