Free Day – Haylee


Hari itu, Hailee berencana untuk pergi ke spa. Namun, Olla sudah tidak ada dikamar ketika dia bangun. Hanya ada Rora disana. Kemudian dia mengirimkan pesan kepada Olla. namun tidak dibalas. Akhirnya dia pergi mandi, dan bersiap. Sebelumnya dia telah membangunkan Rora untuk mengajaknya spa. Namun tidak ada jawaban dari Rora. Setelah dirasa siap, Hailee kemudian turun ke bawah untuk berangkat ke tempat spa.

Hayden yang sedang memakan chips di ruang tengah melihat Hailee turun dari tangga dengan dandanan rapi lantas bertanya, “Mau kemana, yang?”

“Mau ke spa, Kak. Udah makan belum?”

“Ya belum sih, aku aja baru bangun.”

“Ya udah. Tunggu bentar, aku buatin sarapan.”

Hailee meletakkan tasnya di kitchen bar. Kemudian membuka kulkas, mengeluarkan beberapa tomat, dua butir telur, dan susu kotak. Hayden mengikuti Hailee ke dapur, dia menunggu di chair stool dibelakang kitchen bar mengamati Hailee dengan seksama. Hailee akan membuat toast dan scrambled egg sebagai sarapan Hayden. Disela kegiatan memasaknya, Hailee bertanya kepada Hayden, “Kak Marcell udah bangun belum?”

“Belom sih tadi. aku kebangun terus laper. Makanya tadi aku makan chips.”

Tidak butuh waktu lama, sarapan buatan Hailee tersaji dihadapan Hayden. Hailee memasak dua porsi toast dan scrambled egg, satu untuk Hayden dan lainnya untuk Marcell yang kemudian disimpannya di bawah tudung saji.

“Udah ya, Kak. Aku pergi spa dulu,” pamit Hailee.

“Nanti kabarin aku kalo mau balik. Aku jemput.”

“Okay, Kak.”

Ketika pundak Hailee telah hilang di balik pintu, Hayden menyantap sarapannya, lalu mencuci piring. Dia tidak mempunyai rencana lain selain menjemput Hailee siang nanti. Jadilah sekarang dia bermain game di handphone miliknya di ruang tengah.


Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang ketika Hayden menerima chat dari Hailee. Hayden beranjak dari sofa dan menuju kamarnya untuk berganti baju sebelum dia pergi menjemput Hailee. Ah tidak, dia akan pergi bersama Hailee sore ini. Menuruti keinginan Hailee, pergi ke beach club yang terkenal di seantero Bali. Beruntung, tempat Hailee spa tidak jauh dari villa mereka. Tak berapa lama setelah Hayden sampai, Hailee muncul dari dalam bangunan tersebut dan kemudian segera masuk kedalam mobil.

“Jadi, mau langsung ke Finns atau mau kemana dulu?” tanya Hayden membuka percakapan diantara mereka berdua.

“Emm, kayanya kalo kita kesana sekarang kepagian deh, Kak.”

“Mau ke pantai dulu?”

“Boleh boleh.”

Mendengar jawaban Hailee, Hayden kemudian membuka maps di handphone-nya. Mengetikkan nama sebuah pantai yang tidak jauh dari Finns —beach club yang ingin dikunjungi Hailee bersamanya nanti sore.

Sebelum berangkat tadi, Hayden memastikan bahwa didalam mobil terdapat topi pantai dan sunblock, barang yang wajib dibawa ketika mereka berada disini. Hayden baru akan membuka pintu bagasi mobil saat Hailee bertanya, “Mau ngapain, Kak? Kok buka pintu bagasi?”

“Mau ngambil topi pantai sama sunblock, in case kamu butuh itu.”

“Ah, nggak usah deh. Biar kulitku agak tanned. Masa di Bali kulitnya masih gini-gini aja. Nggak afdol.”

“Dih, beneran?” tanya Hayden.

“Yap, really.”

Hayden berjalan menghampiri Hailee setelah mendengar jawaban dari perempuannya itu. Hal yang kemudian dilakukannya adalah menggandeng tangan Hailee, lalu mengajaknya segera berjalan kearah pantai.

“Kamu pasti belom makan, kan, yang. Mau makan apa?”

“Nggak laper sih, Kak. Tadi waktu abis spa sempet makan snack kok.”

Hayden mengangguk menanggapi ucapan Hailee. Tidak terasa, ternyata mereka telah sampai di pantai. Beruntungnya sore ini matahari tidak terlalu terik, jadi mereka bebas menikmati waktu di pantai tanpa takut kepanasan. Mereka berjalan di sepanjang bibir pantai, membiarkan kaki telanjang mereka terkena air laut yang sedikit hangat karena hari masih sore. Setelah dirasa puas menikmati pantai sore itu, mereka kembali ke mobil untuk menuju ke Finns.


Mereka sampai disana tepat pukul 4 sore. Hailee yang antusias segera mengajak Hayden masuk. Hari ini pengunjung Finns tidak terlalu ramai. Mungkin karena sedang weekdays. Jadi mudah bagi mereka untuk menemukan tempat duduk yang nyaman dan memiliki pemandangan yang bagus. Setelah memesan beberapa snack dan minuman, Hailee spontan melepaskan kancing kemejanya yang berakhir menyisakan crop top bralette dan hotpants-nya.

Hayden yang melihatnya sontak membelalakkan kedua matanya. Hal tersebut cukup membuatnya kaget dan hilang kesadaran selama beberapa saat. Pasalnya, dia belum pernah melihat Hailee mengenakan outfit seperti ini. Cantik banget sih, Lee, batin Hayden. Beberapa detik berikutnya, setelah kesadarannya kembali, Hayden melihat Hailee tengah menikmati pemandangan sekitarnya lantas bertanya, “Harus gini banget ya, bajunya, yang?”

Hailee hanya menanggapi pertanyaan Hayden tadi dengan anggukan dan senyuman simpul. Yang ternyata berujung pada pelukan spontan yang dilakukan oleh Hayden. Tidak usah ditanya, tidak mungkin Hailee tidak terkejut dengan perilaku Hayden. Setelah menemukan posisi yang nyaman menurutnya, dia lantas berujar, “Lain kali kalo mau pake outfit kaya gini tu bilang dulu dong. Biar akunya nyiapin hati sama mental. Liat tuh, matanya pada ngeliatin kamu ih.”

Hailee terkekeh mendengar ucapan Hayden barusan. Hailee baru akan menjawab saat datang seorang waitress mengantarkan pesanan mereka. Akhirnya Hayden pasrah membiarkan Hailee mengenakan outfitnya itu hingga mereka hendak pulang. Mengingat tadi Jovial dan yang lain sedang kelaparan di villa, Hayden lantas membelokkan mobilnya ke sebuah supermarket yang tidak jauh dari villa atas permintaan Hailee. Saat mereka berdua turun dari mobil, ternyata hujan gerimis turun. Belum cukup deras, hingga mereka berdua tidak perlu memakai payung.

Hayden mengekori Hailee setelah mengambil sebuah trolley. Prakiraan cuaca yang baru saja Hailee baca di internet mengatakan jika malam ini akan diguyur hujan deras. Maka dari itu, Hailee memiliki ide untuk memasak mie kuah andalannya. Disinilah mereka berdua berada, di deretan rak yang berisikan berbagai macam mie instan. Hailee memilih beberapa rasa mie instan, kemudian memasukkannya kedalam trolley yang dipegang Hayden.

Hailee menarik trolley dari depan, dia masih butuh beberapa telur dan sayuran. Namun pada saat melewati rak berisi snack, Hailee mengambil beberapa bungkus untuk persediaan di villa. Tadi padi saat dia membuka kulkas, hanya tersisa beberapa bungkus snack. Setelah membayar semuanya, Hayden membawa kantong plastik belanjaan mereka ke mobil, beruntung hujan belum turun lebih deras dari saat mereka masuk ke supermarket tadi. Hailee sudah duduk di kursi penumpang ketika Hayden masuk ke mobil.

Sebelum pulang, Hayden membelokkan mobilnya menuju drive thru Starbucks untuk membeli titipan Marcell tadi. Hujan turun lebih deras saat Hayden mengemudikan mobilnya menuju villa. Sesampainya di villa, Hailee menghubungi Jovial untuk membantunya membawa belanjaan karena hujan masih turun dengan deras. Ternyata yang dibilang Jovial tadi benar, mereka semua kecuali Olla dan Jevan tengah menunggu kedatangan Hailee dan Hayden di ruang tengah. Raut wajah mereka terlihat gembira ketika Hailee dan Hayden datang.

“Akhirnya life-saver dateng juga,” seru Rendra.

“Buruan masak deh, Lee. Udah kelaparan semua nih anak-anak. Ayo gue bantuin,” ucap Rora yang membuat lainnya menoleh.

“Kayanya lo disini aja deh, Kak. Biar bang Hayden yang bantuin Lilee,” sergah Jovial sebelum Rora beranjak dari sofa.

“Lo se gak yakin itu kalo gue bisa masak?” tanya Rora.

“Duh, kayanya salah omong nih gue,” cicit Jovial.

“Udah, lo duduk aja, Ra. Biar gue sama Hayden yang bantuin Hailee masak,” ujar Marcell cepat sebelum terjadi perang saudara antara Rora dan Jovial.

Marcell beranjak dari duduknya, menyusul Hailee dan Hayden yang sudah menyibukkan diri berdua di dapur.

“Ada yang bisa gue bantu nggak, Lee?” tanya Marcell.

“Nah mumpung lo disini, ambilin mangkok dong, tolong,” sahut Hayden spontan.

“Gue nanya Hailee kenapa lo yang jawab?”

“Yaudah sih, kalo emang niat bantuin ya bantuin aja elah”

Jovial tiba-tiba menghampiri ketika Marcell tengah sibuk memindahkan mangkok dari rak ke meja di kitchen bar.

“Mau gue bantu nggak nih?”

“Lo bantuin Marcell aja, cil. Bukain tuh bungkus-bungkus Indomienya, sekalian tuangin bumbu-bumbunya ke mangkok,” titah Hayden panjang lebar yang disusul dengusan dari Jovial. Sedangkan Hailee yang sedang menyiapkan air untuk merebus mie tersebut hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala. Tidak habis pikir dengan tingkah laku teman-temannya ini.

“Kenapa banyak banget sih, Bang, kerjaan gue. Capek tau.. Mana laper lagi gue,” keluh Jovial sambil tetap membuka bungkus mie instan tersebut satu persatu.

“Udah sih ah, tinggal gitu doang pake ngeluh lo, cil. Pacar gue aja yang masakin kalian semua diem-diem aja tuh. Ya nggak, yang?” tanya Hayden ke Hailee.

“Hah, eh, iya..”

Sebenarnya Hayden tidak melakukan apapun di *pantry * selain menyuruh-nyuruh Marcell dan Jovial. Hailee yang melihatnya merasa sedikit kesal, akhirnya dia menyuruh Hayden mengambil mie instan agar dia bisa merebusnya.

“Kamu siapin yang lain aja gih. Biar aku aja yang ngerebus mie-nya,” kata Hayden kepada Hailee.

“Beneran nih, Kak? Ntar ribet gak masukin telurnya.”

“Aman udah yang. Beneran deh.” Hayden meyakinkan Hailee. Akhirnya Hailee menyiapkan bahan pelengkap mie kuah seperti irisan cabai dan jeruk nipis. Marcell masih menunggu di balik kitchen bar, berjaga-jaga jika Hailee dan Hayden membutuhkan bantuan. Tidak butuh waktu lama, Hayden selesai dengan kegiatan merebus mie-nya. Hailee memanggil teman-temannya untuk segera menuju meja makan.

Malam itu, mereka semua makan dengan lahap. Memang mie kuah adalah yang paling cocok dimakan saat turun hujan seperti ini. Sembari menunggu Jevan dan Olla pulang, mereka berkumpul di ruang tengah. Hayden dan Chalvin bermain PlayStation, sedang yang lain hanya menonton. Hailee dan Rora sibuk memakai sheet mask di wajahnya sembari menonton Hayden dan Chalvin.