Jimbaran Seafood Dinner


Setelah menghabiskan waktu seharian dengan bersenang-senang di Tanjung Benoa, juga melihat pertunjukan Tari Kecak, akhirnya mereka memutuskan untuk dinner di daerah Jimbaran. Sebuah restoran yang mereka pilih berada di tepian pantai. Dinner dengan melihat view Jimbaran Beach di malam hari, ditemani angin pantai yang berhembus tidak terlalu kencang dan lampu-lampu yang memberikan kesan sempurna untuk sebuah dinner.

Di setiap meja diberikan empat kursi, karena mereka bersepuluh akhirnya mereka memesan tiga meja. Rora, Rendra, Hailee, dan juga Hayden berada di satu meja yang sama. Jovial, Chalvin, Marcell dan Jerri berada di meja yang kedua. Lalu Olla dan Jevan berada di meja yang berbeda. Ya mereka cuma berdua, letak ketiga meja saling berdekatan. Jimbaran terkenal dengan olahan seafoodnya yang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Dengan rasa penasaran seberapa enak seafood di daerah Jimbaran, akhirnya mereka memesan semua menu seafood yang ada. Tenang mereka semua tidak akan menyia-nyiakan sesuatu apalagi perihal makanan, jika tidak habis ada Hayden dengan senang hati menghabiskan. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya menu yang mereka pesan datang dan tentu saja 3 meja itu penuh dengan berbagai macam olahan seafood.

“Duh gue tu alergi seafood sebenernya.” – Rora.

“Oh iya, lu makan ikannya aja ya Ra.” – Rendra.

“Iya siniin semua ikan bakarnya buat gue aja.” – Rora.

“Ya gak semua juga anjir.” – Hayden.

“Tau tuh, rakus banget.” – Hailee.

Itulah keributan yang terjadi di meja satu, Rora dan Hayden yang memperebutkan ikan bakar.

“Widih banyak banget, jadi bingung mau makan yang mana dulu.” – Jovial.

“Ya makan semua lah, kalo kurang pesen lagi.” – Chalvin

“Ya kali kurang orang makanan segini banyaknya.” – Marcell.

“Ribut mulu, makan deh enak tau seafood disini.” – Jerri.

Begitulah kira-kira percakapan di meja kedua sebelum akhirnya menyantap seafood di hadapan mereka.

“Olla, mau makan yang mana dulu sini aku ambilin.”– Jevan.

Olla diam, mengamati semua makanan di hadapannya, di meja tersebut terdapat olahan udang, kepiting, lobster, cumi dan kerang-kerangan. Jerri yang mendengar pertanyaan Jevan akhirnya tersadar akan suatu hal bahwa Olla juga alergi seafood sama dengan Rora.

“Jev.. duh gue lupa Olla alergi seafood, kamu belum makan ini kan La?” Tanya Jerricho.

“Iya belum kok kak.” – Olla.

“Sayang kamu alergi seafood? Terus kenapa ngga bilang tadi? Kan kita bisa
pesen yang lain.” – Jevan.

“Hehehe gapapa kak, kan kakak mau makan seafood. Aku bisa makan ikan kok tapi dimeja kita kok ngga ada ikan ya.” ucap Olla dengan tersenyum.

“Jangan gitu Olla, Kamu bilang ya kalo ada sesuatu dari kamu yang aku gak tau. Kalo kamu kenapa-kenapa gimana?” Ucap Jevan dengan khawatir.

“Yaudah aku pesenin ikan ya, sama ini sekalian aku pindahin seafoodnya ke meja mereka, tunggu sebentar.”

“Loh kenapa di kasih ke mereka kak? Kenapa ngga kakak makan?”

“Ngga, kamu gak bisa makan seafood, nanti kalo makanan kamu semeja sama seafood terus bumbunya kena piring kamu terus kemakan, bahaya. Efeknya akan sama aja kaya kamu makan seafood.” Memang benar walaupun tidak memakannya secara langsung, melalui bumbu ataupun wadah yang terkena seafood akan memberikan efek yang sama pada penderita alergi.

“Maaf ya kak?”

“Heeyy kenapa minta maaf cantik?”

“Ya gara-gara aku kakak ngga bisa makan seafood kan.”

“Aku emang pengen makan seafood sih, tapi lebih pengen makan bareng kamu.” Jawab Jevan dengan mengelus puncak kepala Olla, lalu berlalu meninggalkan meja untuk memesan ikan bakar untuk dirinya dan Olla.

“Olla, selain kamu alergi seafood, ada makanan lain yang ngga bisa kamu makan?” Tanya Jevan setelah kembali memesan.

“Hmm.. apa ya, aku ngga biasa makan sayur sih, Gak bisa makan pedes, terus aku juga ngga suka teh anget.” Jawab Olla jujur.

“Duuh ngga boleh kalo itu, harus dibiasain makan sayurnya, kalo gak bisa makan pedes bagus buat lambung kamu hehe, kenapa dengan teh anget?”

“Kalo minum teh anget jadi inget waktu sakit, kan biasanya disuruh minum obat sama teh anget tuh. Jadi inget aja, rasanya ngga enak.”

“Lucu, ada lagi?” Jevan tersenyum.

“Matcha, rasanya aneh kaya rumput.” Jevan tertawa mendengar penuturan Olla.

“Hahahaha kok sama kaya Jerri sih katanya kaya rumput.”

“Oh iya kak Jerri juga gak suka matcha, emang kaya rumput rasanya. Kalo kakak ga suka apa?”

“Kalo aku ga suka jauh-jauh dari kamu.”

“Aku kirain buaya cuma ada di air tawar, eh ternyata ada juga buaya di tepian pantai gini.”

“Hahahaha kok disamain sama buaya sih.” Tawa Jevan begitu keras sampai teman-temannya yang lain menengok dan bertanya-tanya, obrolan asik apa yang sedang dibicarakan oleh Jevan dan Olla.

“Asik bener yang pacaran.” Itu suara Rendra.

“Asik lah, emang lu ngga ngasih kepastian.” Hayden ikut berkomentar.

“Hayden anjing.” – Rendra.

“Hahahaha Lu lebih anjing sih Ren, kalo kata Gue.” Kata Jerricho. Semua hanya tertawa mendengar ucapan Jerricho, aah tidak semua. Rendra sudah dipastikan wajahnya begitu kesal, Rora? entah ekspresi apa yang ada di wajahnya, tidak dapat diartikan. Sedangkan Jevan dan Olla, keduanya tidak memperdulikan teman-temannya, karena mereka berdua memang tidak menyukai keributan.

“Kak serius deh, kakak ngga suka apa?” Tanya Olla kepada Jevan.

“Ngga suka lihat kamu kesusahan, ngga suka kamu deket sama cowok lain, ngga suka kamu selalu bilang kamu merepotkan.”

“Kak…seriusan.”

“Iya ini jawaban paling serius Olla.”

“Hmm… ok ada lagi?”

“Ngga suka rasa strawberry sama susu.”

“Hah? Kenapa dengan strawberry dan susu? Enak tau.”

“Ya ngga suka aja, enakan seledri sama americano 8 shot.”

“Udah gila emang, ngga pait ya kak?”

“Engga, manis kok kalo minumnya sambil lihat kamu.” Jawab Jevan enteng sambil senyum sumringah.

“Capek, beneran capek aku pelihara buaya. Mending pelihara Samoyed.”

“Hahahaha buaya mulu dari tadi, eh tapi beneran La kamu mau pelihara Samoyed?”

“Hmmm.. pengen sih, tapi besar gitu anjingnya mau pelihara yang kecil aja biar bisa digendong.” Ucap Olla dengan wajah yang berbinar membayangkan ia dapat memelihara anjing kecil yang lucu.

“Gimana kalo kita adopt kucing aja La? Nanti kita urus bareng, sekalian belajar kaya ngurus anak kan hahaha, nanti aku yang cari nafkah.”

“Uhukk…” Olla yang tadinya sedang makan tiba-tiba tersedak mendengar ucapan Jevan.

“Eeehh.. pelan-pelan cantik.” Sambil memberikan minuman pada Olla.

“Ehemm.. Kak kalo ngomong tuh pake salam dulu kek, permisi gitu. Apaan banget tiba-tiba ngomongin anak, cari nafkah.”

“Hehehe, kan perumpamaan gitu La. Kita besarin kucing bareng-bareng kan sama kaya ngurus anak sayang.”

“Hmm ya ya ya. Boleh sih ngurusin kucing bareng pasti lucu.”

“Iya lucu kaya mamahnya.”

“Terusin kak terusin, pengen banget aku tendang kakak ke laut.”

“Hahahaha kok kasar sih.”

“YA LAGIAN GOMBAL TERUS.” Jevan makin tertawa lepas melihat Olla yang kesal
kepadanya. Lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian teman-teman.

“Kalian bahas apaan sih, asik banget dari tadi.” – Jerricho.

“Kepo lo.” – Jevan.

“Wah berani lo sama gue?” – Jerricho

“Ngga bang, ampun bang.” – Jevan

“Cupu banget lo bang.” – Chalvin

“Asik banget pacaran, gue boleh gabung ngga sih?” – Marcell

“Gue tau hubungan gue sama Olla asik tapi ya gak usah gabung juga Cell.” – Jevan

I mean, join on your table anjir bukan ke hubungan Lo.” – Marcell

“Ya Lo ambigu banget bang.” – Jovial.

“Pusing banget gue dengerin abang-abang ribut.” – Rora

“Gue lebih pusing baca typing lo yang ngga jelas di grup dan bikin emosi sih.” Kata Hailee kepada Rora.

“Udah-udah buruan makan deh, biar cepet balik.” – Chalvin

Akhirnya mereka melanjutkan makan, dan benar semua makanan yang mereka pesan habis tak tersisa, memang mereka rakus. Ditambah lagi seharian ini mereka banyak melakukan kegiatan. Setelah makan Marcell dan Jerricho membayar semua bill-nya. Selanjutnya mereka kembali menuju Villa keluarga Chalvin dan beristirahat untuk melanjutkan liburannya esok hari.