Nusa Penida – Part 1


Hari masih sangat pagi. Jam baru menunjukkan pukul 6, dan teman-temannya pun belum ada yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jevan pergi ke dapur untuk membuat teh hangat, sembari ia menunggu air nya mendidih ia mengirim pesan kepada Olla, hanya untuk mengecek apakah kekasihnya sudah bangun atau belum.

Baru beberapa detik ia mengirim pesan kepada Olla, ternyata langsung mendapat balasan, itu artinya Olla sudah bangun. Jevan meminta Olla untuk turun ke dapur, setelah beberapa menit menunggu akhirnya Olla turun ke dapur, masih dengan baju tidur, rambut yang dijedai tidak rapi, dan jangan lupakan muka khas bangun tidur yang nampak sangat menggemaskan. Jevan tidak mengalihkan pandangannya kepada Olla yang sedang menuruni anak tangga sambil tersenyum.

Morning sunshine,” sapa Jevan sampil mencubit pipi Olla, Olla hanya diam sambil mendudukan dirinya dikursi.

“Nih, sayang, minum dulu mumpung masih anget,” Jevan menyodorkan secangkir coklat hangat yang ia bikin, sebenarnya tadi ia ingin bikin teh hangat tapi ketika ia mengetahui Olla sudah bangun ia membuatkan coklat hangat untuk Olla mengingat pacarnya tidak menyukai teh hangat. Lalu bagaimana dengan teh nya? jelas dia belum jadi membuatnya, Olla prioritasnya hahaha.

“Hmm.. makasih, kok cuma satu? Kakak nggak?”

“Bentar, tadi aku rebus airnya cuma secangkir. Yaudah aku rebus air lagi, tuh masih nunggu airnya mendidih.”

“Hmm kenapa kakak nggak buat dulu tadi, nih deh minum coklat aku, Kak.”

“Gapapa, kamu dong yang minum kan aku buatin buat kamu.”

“Hmm.. Okay,” jawab Olla sambil meniup-niup coklat hangat di cangkirnya.

“Masih pagi elah pacaran mulu,” itu suara Chalvin sambil membuka lemari es dan mengambil minum, Chalvin baru bangun tidur terlihat dari muka bantalnya dan rambut yang acak-acakan.

“Namanya punya pacar ya pacaran lah,” jawab Jevan enteng.

“Hmm Ya, serah deh, Bang, serah, lo atur deh,” jawabnya lalu berjalan meninggalkan dua insan manusia itu.

“Eh, Vin, cepet banget langsung pergi lo.”

“Lah mau ngapain dimari lama-lama, melihat ke-uwu-an pagi-pagi? Mending gue tidur bang.”

“Hahaha gak gitu, gue mau tanya hari ini mau kemana nih, nggak ada rencana mau pergi bareng-bareng kan?” tanya Jevan.

“Ngga ada deh bang kayaknya, gue mau surfing sih gatau kalo yang lain pada mau kemana.”

“Oh, ok deh, thanks Vin.”

“Yoi,” kini Chalvin benar-benar sudah pergi dari dapur.

“Diem mulu, ngantuk, yang?” tanya jevan yang melihat Olla cuma diam dari tadi.

“Iya kak, ngantuk banget.”

“Mau tidur lagi?”

“Nggak, ah.”

Setelah beberapa hari di Bali, hari ini mereka tidak ada jadwal untuk pergi bersama. Rencananya Jevan ingin mengajak Olla jalan-jalan hanya berdua, karena selama di Bali memang mereka tidak terlalu banyak menghabiskan waktu berdua.

“Mau jalan-jalan nggak?” tanya Jevan spontan ke Olla.

“Mau! Kemana?”

“Ada deh, jauuuh.”

“Sok misterius.”

“Hahahaha. Yaudah kamu habisin coklatnya habis itu mandi, terus dandan yang cantik, ntar kita pergi.”

“Kalo gini nggak cantik emang?”

“Nggak..” mendengar ucapan Jevan yang belum selesai Olla sudah manyun duluan.

“Nggak.. nggak pernah kamu nggak cantik, alias pacar aku selalu cantik bahkan baru bangun tidur kaya gini,” lagi – lagi Jevan mencubiti pipi Olla seperti squishy.

“Aaaa.. sakit tau.”

“Hahahaha. Yaudah gih, naik terus mandi.”

“Iyaaa. Yaudah aku naik ya?” saat Olla beranjak meninggalkan Jevan dari dapur tiba-tiba Jevan memanggil.

“La”

“Iya, kenapa kak?”

“Ada yang kelupaan.”

“Apaan? Perasaan aku nggak bawa apa-apa tadi.”

“Ada yang kelupaan, nih!” Jevan sambil menekan-nekan pipinya sendiri dengan jari telunjuknya.

“Maksudnya?” Olla bingung.

“Hmm.. morning kiss-nya mana?”

“Dih apaan sih, Kak. Dah ah mau mandi.”

“Yah nggak asik, yaudah deh sana mandi. Mau nyuci gelas kamu dulu nih,” Jevan manyun. Sambil mengambil gelasnya dan gelas Olla untuk dicuci. —cup

Jevan kaget tiba-tiba Olla mencium sekilas pipinya dan langsung kabur, berlari menaiki anak tangga. Jevan nge-lag sebentar karena kaget lalu hanya bisa terkekeh, bisa-bisanya pelakunya pergi begitu saja setelah membuatnya jantungan dipagi hari.


Setelah mandi dan berdandan cantik sesuai permintaan Jevan, Olla mengirimkan pesan kepada Jevan. Akhirnya Olla turun dan melihat pacarnya sudah menunggu di depan tangga.

“Dih cakep banget, mau kemana nih lovebird?” itu suara Marcell yang sedang asik ngeteh di ruang tamu.

“Kepo lu,” jawab Jevan santai sambil terus berjalan menuju keluar Villa.

“Bocah sialan,” umpat Marcell.


“Yang.. naik motor mau nggak?”

“Mau mau mau banget!” ternyata respon Olla jauh berbeda dari yang Jevan bayangkan, tadinya Jevan berpikir bahwa Olla akan menolak dengan alasan panas, takut hitam, dan sebagainya. Ternyata Olla malah excited. Karena melihat Olla yang menggunakan dress Jevan takut nanti Olla kepanasan.

“Mau pakek jaket nggak? Takut kamu kepanasan nanti.”

“Nggak kak, nggak usah, diatas motor seger pasti kena angin.”
Okay cantik, sini aku pakek in dulu helm nya,” Olla memajukan kepalanya, Jevan memasangkan helm dan memastikan kaitan helmnya sudah benar.

“Mau kemana, sih, Kak?”

“Ada deh jauh, nanti kalo ngantuk tidur aja di pundak aku tapi pegangan ya.”

“Sejauh itu?”

“Hmm.. Iya, mau nggak? Takut kamu capek sih sebenernya.”

“Mau kok, yuk!” jawab Olla dengan semangat.

Setelah percakapan tersebut akhirnya Jevan dan Olla pergi dengan mengendarai motor, di Villa Chalvin tidak ada motor sebenernya, cuma ada mobil yang biasa mereka gunakan untuk pergi, lalu dari mana Jevan mendapatakan motor, jelas dia menyewa walaupun belum tahu apakah Olla mau naik motor atau tidak, tapi Jevan tetap percaya diri menyewa motor tersebut. Untungnya Olla mau naik motor jadi ia tidak rugi uang sewa.

“Sayang pegangan ntar jatuh, aku mau ngebut nih!” seru Jevan.

“Hmm.. apa?”

“Pegangan”

“Hmm. Ok udah,” Olla meletakkan kedua tangannya di pundak Jevan.

“Kok di pundak, sini lah di pinggang,” Jevan menarik tangan Olla untuk berpegangan pada pinggang nya. Tubuh Olla tertarik kedepan dan sedikit memeluk tubuh Jevan—biar nggak jatuh, katanya. Olla gugup, pasalnya baru pertama kali ia naik motor dibonceng Jevan, apalagi dengan posisinya yang memeluk Jevan seperti ini. Apakah suara jantungnya terdengar oleh Jevan? Nggak kan? Semoga tidak, pasti yang terdengar suara motor atau mobil yang lalu lalang pikir Olla.

“Gausah deg-deg an gitu sayang, sampe pipinya merah gitu,”

“Hah.. apaan sih, nggak ya, sotoy banget jadi orang.”

“Hahaha. Tuh liat mukanya,” saat Olla melihat mukanya di spion motor, benar saja mukanya blushing.

Olla hanya berdeham, Jevan tersenyum melihat wajah Olla yang blushing.


Setelah lebih dari 1 jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di Pantai Sanur, Olla pikir memang di pantai ini tujuan Jevan. Ternyata Olla salah, karena Jevan malah menyewa speedboat. Itu artinya mereka akan menyebrangi pulau, Olla sebenarnya penasaran mau kemana mereka tapi ia urungkan pertanyaannya.
Tidak butuh waktu lama untuk manaiki speedboat, kira-kira 30 menit lamanya. Ternyata Jevan mengajak Olla ke Nusa Penida. Ketika menuruni speedboat, mereka disuguhi pemandangan yang cukup indah. Jevan kembali menyewa motor, ya karena memang mereka belum benar-benar sampai di tempat tujuan, tempat yang mereka tuju masih jauh.

Diatas motor Jevan terus mengajak Olla ngobrol, entah itu suatu hal yang penting, tidak penting bahkan hal-hal random, tujuannya agar Olla tidak bosan karena perjalanan yang cukup jauh.

“Kak, beneran jauh ya, kirain tadi cuma berjanda.”

“Heh kok berjanda sih, yang?” tanya Jevan sambil ketawa.

“Hehe. Kak Jevan yang ngajarin kan.”

“Nggak ngajarin ih.”

“Tapi sering bilang gitu, ya nular jadinya.”

“Hahaha maaf, kalo yang buruk-buruk jangan ditiru, sayang.”

“Yaudah sih ngga buruk-buruk amat,” lalu keduanya kembali diam.

“Sayang, capek ngga?”

“Capek tapi dikit doang. Kak, aku boleh lepasin pegangan aku nggak sih?”

“Kenapa? Nggak nyaman ya?”

No no no, mau ngerentangin tangan. Udaranya enak banget disini kena angin pantai, boleh?”

“Oh boleh dong, aku bawa motornya pelan deh biar lebih dapet feelnya hehehe”

Mendapatkan izin dari Jevan, akhirnya Olla merentangkan tangan dan merasakan hembusan angin pantai menyapa kulitnya.


Tujuan pertama Jevan di Nusa Penida adalah Crystal Bay Beach, Jevan dan Olla menitipkan motor sewaan mereka lalu berjalan menuju pantai. Benar saja pantainya sangat indah, langit begitu cerah, air berwarna biru muda sangat jernih bahkan terumbu karang dan ikan-ikan begitu jelas terlihat. Jevan melihat wajah Olla Nampak begitu bahagia, yang membuat hati Jevan turut bahagia pula.

“Cantik banget kak pantainya!”

“Iya cantik, kaya kamu. Capek nggak, La?”

“Udah ngga capek, soalnya liat yang indah-indah,” Jevan hanya tersenyum mendengar penuturan Olla.

“Iya kamu indah.”

“Hmm iya iya.”

“La, senyum dong,” Jevan mengarahkan kameranya ke Olla “1 2 3, Cantik!”

Olla Nampak sangat bahagia, bermain air, kejar-kejaran dengan ombak, Jevan? Jevan tentu sangat bahagia juga, ia tak henti-hentinya mengabadikan setiap momen yang Olla lakukan. Saat ini Olla sedang menunduk dengan memegang sebuah kayu ditangannya lalu menuliskan sesuatu di atas pasir, entah apa yang Olla tuliskan, beberapa kali ia menulis diatas pasir beberapa kali pula harus terhapus oleh ombak, hingga Olla mulai mendengus kesal.

Jevan yang melihat itu Nampak gemas lalu menghampiri kekasihnya itu. Ia melihat kalo Olla menuliskan ‘Jevan Olla’ dengan bingkai love. Jevan tertawa melihat tulisan itu, lucu sekali seperti anak SD, lalu lagi-lagi terhapus oleh ombak. Olla semakin kesal, padahal ia bisa saja sedikit menjauh dari air agar tulisannya tidak terhapus oleh air, tapi entahlah. Olla kesal dan ingin membuang kayu yang ia pegang dari tadi, tapi Jevan menahan, ia mengambil kayu yang Olla bawa.

“Hahaha kenapa sih kesel gitu mukanya, coba sini kayu nya.”

“Kemusuhan banget sama ombaknya.”

“Hahaha.. lucu banget bayik,” Jevan menangkup pipi Olla dengan kedua tangannya, membuat Olla semakin manyun.

Jevan mulai menuliskan apa yang tadi Olla tulis, tapi ukurannya jauh lebih besar ‘Jevan Olla’ dibingkai dengan love. Lalu ia menarik Olla untuk masuk ke tulisan pasir yang ia buat.

“Sayang sini, coba kamu ditengah sini,” Olla menurut ia berdiri di tengah-tengah tulisan itu. Lalu jevan mengarahkan kameranya ke Olla, memotret pacarnya berkali-kali.

“Lihat deh, bagus kan. Terus kalo mau buat tulisan itu agak menjauh dari air ya sayang biar tulisannya ngga dirusak sama ombak, Okay?”

“Kan maunya nulis disitu tapi, Kak..”

“Tapi kan cepet ilangnya sayang, terus kasian juga ombaknya ngga salah kok tadi dimusuhin.”

“Hmm.. iya maaf ombak, maafin Olla ya?”

“Hahahaha bisa gitu ya pacar aku, Lucu banget, La, nggak kuat, pulang dari sini kita nikah aja lah ayo.”

“Enteng banget ya wak ngomongnya..”

“Lah gimana wak, pacar aku gemesin gini. Nikah aja lah, La, biar bisa lihat muka gemesin kamu terus.”

“Nikah sono sama ikan cupang.”

“LA AYO NIKAH!”

“GILAAA JEVAN GILAAA!!” Olla berlalu meinggalkan Jevan. Mendengar jawaban yang diberikan, Jevan mengejar Olla, dan berakhir mereka kejar-kejaran di tepi pantai.