Nusa Penida – Part 2


Setelah dari Crystal Bay Beach, tujuannya kali ini adalah Pantai Kelingking. Butuh waktu beberapa menit mereka menaiki motor dan dilanjut dengan berjalan kaki karena harus menaiki bukit terjal dengan kemiringan 70 derajat. Mereka berjalan menaiki 300 anak tangga yang hanya dipagari dengan kayu seadanya di sisi kanan–kiri. Sepanjang jalan yang mereka lewati menyuguhkan pemandangan tebing dan pantai yang sangat indah, dikelilingi dengan semak dan juga bunga liar yang nampak indah pula.

“30 31 32 33…”

“Ngitung apa sih, La?” tanya Jevan.

“Ngitung anak tangga.”

“Nggak usah di hitung, di internet katanya ada 300 anak tangga.”

“Masa? Mari kita buktikan. 34 35 36..”

“Astaga, ntar capek loh, sayang.”

“Jangan diajakin ngomong ntar lupa ngitungnya sampe mana.”

Mendengar perkataan pacarnya akhirnya Jevan diam. Ia melihat bunga-bunga liar di sepanjang jalan yang ia lewati, terlintas ide di pikiran Jevan. Ia mengambil beberapa semak liar, juga bunga-bunga yang ia lihat, tidak semua hanya beberapa dan tidak akan mengurangi keindahan tebing ini. Setelah berkutat dengan semak liar dan bunga-bunga tadi, akhirnya Jevan menyudahi kegiatannya. Ya, Jevan membuat flower crown yang langsung ia pasangkan di kepala Olla.

“71 72 73… hmmm apa nih, Kak?” Olla kaget tiba-tiba Jevan memasangkan sesuatu di kepalanya, dilihat-lihat ternyata tidak buruk, bahkan terlihat sangat bagus walaupun ini dari semak dan bunga liar.

“Cantik, makasih, Kak,” kata Olla, yang disusul senyuman mengembang di wajah Jevan.

Anytime Honey Bunny Sweety

“Hahaha apaan, sih,” Olla tertawa mendengar pet name yang diberikan Jevan.

“Kak?”

“Hmm?”

“Itunganku sampe mana huhu lupa kan gara-gara kakak sih.”

“Lah kok nyalahin aku sih, dibilang udah gausah dihitung, sayang,”

“Ah, penasaran tau..”

“Ya Tuhan masih aja, yaudah gimana maunya? Turun nih, kita itung lagi dari bawah?”

“Nggak ah, capek.”

“Capek ya?” Jevan melangkah kedepan Olla lalu berjongkok.

“Ehh, ngapain kak?”

“Katanya capek, sini naik aku gendong, sayang.”

“Nggak capek tau kak, kalo kakak gendong aku sambil naik tangga yang ada nanti kita jatuh.”

“Lah tadi katanya capek.”

“Hmm.. bukan gitu, maksud aku kalo kita turun lagi cuma buat ngitung anak tangga yang ada malah capek.”

“Oohh.. tapi seriusan deh, yang. Buruan naik sini gapapa, nggak akan jatuh kok.”

“Nggak ah, nanti sayangnya aku capek.”

“Gimana sayang? Tadi bilang apa?”

“Nanti sayangnya aku capek..”

“Astaga-astaga lemes kaki, Olla bilang ‘sayangnya aku’ gak kuat naik, yang, lemes nih hahaha”

“Yaudah turun sana aku naik sendiri.”

“Hahaha.. buruan naik Olla, lihat deh kaki kamu lecet itu.”

Benar saja memang kaki Olla lecet akibat sendal yang ia gunakan, ia menggunakan sendal jepit dilengkapi tali dibagian belakangnya, sehingga dapat menggesek dan melukai kaki Olla karena perjalanan jauh yang mereka lewati. Akhirnya setelah berdebat dengan sedikit paksaan dari Jevan akhirnya Olla mau naik ke punggung Jevan. Jevan menaiki tangga dengan sangat hati-hati karena ngeri juga di samping-sampingnya adalah jurang.

“La, tidur ya?”

“Nggak, kenapa kak?”

“Hahaha nggak, kok diem aja dari tadi.”

“Kalo aku gerak-gerak atau ngomong, ntar kak Jevan nggak fokus, takut jatuh.”

“Hahaha mana ada. Tinggal dikit lagi btw, La.”

“Oh iya, yaudah aku turun deh, Kak.”

“Lah kenapa nggak sekalian sampe atas aja baru turun?”

“Kan tadi diawali dengan jalan, maka dari itu harus diakhiri dengan jalan juga dong,” Jevan hanya geleng-geleng mendengar jawaban Olla, lalu keduanya tertawa.

Jevan sebenernya tidak mau menurunkan Olla, tapi Olla terus-terusan merengek minta turun, mau tidak mau ia menurunkan Olla. Lalu mereka menaiki anak tangga yang tersisa 10 anak tangga saja.

“Woow”

Pesona Pantai Kelingking sukses menyihir Jevan dan Olla, dari atas tebing ini dapat terlihat pasir putih dan bersih, tebing tinggi menjulang menjadi pagar kokoh yang sangat cantik untuk dijadikan latar foto. Warna permukaan air laut yang terlihat biru kehijauan sangat menenangkan untuk dipandang.

“Duduk cantik, pasti capek deh, sini!” Jevan sambil menepuk-nepuk tempat disebelahnya.

“Kamu tu yang capek pasti,” Olla duduk di samping jevan, ia melihat keringat di dahi pacarnya. Lalu mengelap keringat Jevan dengan tangan kosong, iya tangan kosong memang ia tidak membawa sapu tangan, kain atau semacamnya.

“Ehhh.. nanti kotor tangan kamu, yang, kena keringet aku.”

“Nggak lah.”

“Tau nggak ini pantai namanya apa?” Tanya Jevan ke Olla.

“Pantai Kelingking nggak sih?”

“Iya, di namain Pantai Kelingking karena katanya mirip kelingking, yang.”

“Hah? Dimana bentuk kelingkingnya ya, Kak?”

“Hmmm.. mirip kok.”

“Padahal mirip T-rex.”

“Hah T-rex? Mirip paus tau, La.”

“Paus? Wkwkwk dimananya yang mirip paus ih?”

“Mirip tau, nih kepalanya, terus itu siripnya,” Jevan menjelaskan sambil menunjuk pulau didepannya.

“Miripan T-rex ah.”

“Hahaha iya-iya miripan T-rex,” jawab Jevan sambil mengusap rambut Olla.

“Iiih berantakan tau, yang.”

“Hmm.. gimana?”

“Berantakan rambut aku, sayang,” ulang Olla.

“Ciyee sayang...”

“Diem ah, yuk foto, Kak.”

“Kamu berdiri di sini aku yang fotoin.”

“Kok aku doang, berdua maksudnya. Sini pinjem handphone nya, handphone aku habis baterai ternyata lupa di charge semalem.”

“Nih, sayang.”

Passwordnya apa?”

“Tanggal spesial.”

Olla dengan percaya diri menuliskan tanggal lahir Jevan ternyata salah. “Lah kok salah?”

“Wah parah. Masa kamu nggak tau tanggal spesial?”

“Hmm bentar” Percobaan kedua Olla mencoba dengan tanggal mereka jadian, tapi ternyata gagal lagi. “Kok masih salah, kamu kali yang salah sama tanggal spesialnya, Kak.”

“Mana ada aku salah tanggal, orang itu hari spesial dimana wanita yang nanti jadi calon ibu dari anak-anakku lahir.”

Olla senyum, kali ini dia nggak mungkin salah, kan? Hint yang diberikan Jevan terlalu jelas. Ia mengetik tanggal lahirnya sendiri di handphone Jevan, dan ya, kuncinya terbuka. Asal kalian tau tidak hanya password handphone yang menunjukkan kebucinan Jevan kepada Olla, ternyata lockscreen Jevan juga menggunakan foto Olla. Jevan terdeteksi bucin 10000000%.

“Nah ke buka, sini deketan, Kak. 1 2 3” Olla sudah memotret padahal Jevan belum siap.

“Astaga baru mau senyum lo ini, yang.”

“Hahaha liat deh, lucu banget sayang aku.”

“Hmmm… belum siap itu, tapi karena kata kamu lucu yaudah ok save aja gausah dihapus.”

“Gitu doang ngambek ih pacar aku.”

“Mana ada aku ngambek, yang yang,” Jevan dengan nada sedikit pasrah.

“Hahahaha iya iya yuk foto lagi, udah siap, sayang? 1 2 3”

“Nah gini kan ganteng banget aku nya.”

“Siap abang ganteng.”

“Hahahaha sini aku fotoin kamu nya.”

“Bentar kak, nunggu sunset sekalian ya ntar fotoin.”

“Siap my cotton candy,” Jevan merangkul pundak Olla.

Akhirnya mereka duduk dan mengobrol sembari menunggu sunset sesuai permintaan Olla. Setelah mendapatkan foto sunset di Pantai Kelingking, mereka berdua turun, dan segera kembali ke villa karena hari sudah semakin malam. Jujur saja Jevan sedikit takut dengan Jerricho karena telah mengajak adeknya pergi dari pagi sampai malam seperti ini.

Tapi Jerricho tidak patut marah bukan, karena Olla sangat menikmati seharian pergi bersama Jevan. Mengunjungi tempat yang sebelumnya belum pernah ia kunjungi, menghabiskan waktu seharian bersama orang yang ia sayang. Jevan dan Olla sangat bahagia pastinya :)))