sunset, soccer, and i love you


Sore itu merupakan jadwal Hayden berlatih futsal. sebulan sekali, UKM futsal mengadakan latihan di lapangan outdoor. Hayden berniat mengajak Hailee. karena belakangan ini dia jarang menemani Jovial futsal. Latihan futsal di lapangan outdoor biasanya dilakukan sore hari hingga petang. Hayden pernah mendengar dari Jovial, Hailee suka menonton bola ditemani matahari sore.

Siang itu setelah kelas terakhirnya selesai, Hayden pergi ke kelas Hailee. Beruntung Hailee belum pergi ke kantin untuk makan siang. Setelah menyapa beberapa teman sekelas Hailee yang dikenalnya, Hayden menghampiri Hailee di tempat duduknya, kemudian duduk didepan kursi yang ditempati oleh Hailee. Hailee yang menyadari adanya seseorang didepannya spontan bertanya, “cepet amat lo baliknya Dim?”

Iya, Hailee mengira itu Dimas, teman sekelompoknya. Karena tadi Dimas pergi ke kantin sebentar ditengah-tengah kerja kelompok mereka. Merasa tidak mendapatkan jawaban, Hailee lantas menengadahkan wajahnya, agak terkejut saat tau yang berada di depannya bukan Dimas, melainkan Hayden.

“Loh, ngapain kesini Kak? Kan bisa chat atau telpon aku aja kalo ada perlu.”

“Santai aja, lagian gue udah ngga ada matkul kok abis ini.”

“Ada apa, Kak? Sampai bela-belain nyamperin aku ke kelas gini.”

“Lo ntar sore kelar kelas jam berapa?”

“Jam setengah tiga, Kak. kenapa?” Jawab Hailee sambil masih sibuk mengerjakan tugasnya.

“Ntar ikut gue futsal ya, mumpung latihan di lapangan outdoor.”

“Yuk, udah lama aku ngga nonton futsal, kangen hehe.”

Hayden tidak menyangka jika Hailee akan langsung menerima ajakannya. Dia pikir, Hailee akan berpikir sebentar sebelum menerima ajakannya atau bahkan mungkin menolaknya, namun nyatanya Hailee langsung menyetujuinya. Agaknya lancar nih rencana gue, batin Hayden.

“Gue tunggu di kantin ya, ntar chat aja kalo lo udah kelar kelas. Gue jemput baru kita ke parkiran bareng.”

Okay kak, see u!”

see u cantik, semangat kelasnya!” Jawab Hayden sambil mengusap pucuk kepala Hailee, kemudian melangkahkan kaki meninggalkan kelas Hailee.


Sesuai kata Hayden tadi, setelah kelas terakhir hari ini selesai, Hailee menghubungi Hayden. Hailee diminta menunggu sebentar di lobby gedung Fakultas Teknik Geodesi oleh Hayden. Tak lama kemudian, Hayden datang dari arah gedung Fakultas Teknik Informatika. Mereka berjalan beriringan menuju tempat dimana mobil Hayden diparkir. Setelah mereka berdua masuk ke mobil, Hayden melajukan mobilnya membelah jalanan padat sore itu.

Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di lapangan outdoor dimana UKM futsal akan berlatih. Mereka berdua turun dari mobil, kemudian berjalan menuju tribun. Belum terlalu banyak yang sampai di lapangan tersebut ketika Hayden dan Hailee sampai di tribun. Hayden meninggalkan Hailee untuk berganti baju. Saat Hayden kembali dari ruang ganti, anak-anak UKM ternyata sudah berdatangan. Lalu latihanpun dimulai.

Ternyata benar apa kata Jovial, Hailee sangat menyukai menonton bola dengan pemandangan matahari sore. Hal tersebut diketahui Hayden karena dia sempat mencuri pandang ke arah Hailee. Saat mata mereka bertemu, Hailee mengangkat kedua tangannya, dan mengucapkan semangat Kak Hayden tanpa suara. Hayden mengacungkan kedua jempolnya dan kemudian tersenyum lalu melanjutkan latihannya.

Sejam kemudian, Hayden selesai berlatih futsal. Hailee memberikan sebotol air mineral ketika Hayden menghampirinya. Setengah botol air mineral itu dihabiskan Hayden dalam sekali minum, kemudian dia menuju ruang ganti untuk mandi dan berganti baju. Setelah selesai, Hayden kembali ke tribun dimana Hailee menunggunya. Dilihatnya dari kejauhan, Hailee tersenyum. Sangat cantik, batinnya. Sepertinya keputusan mengajak Hailee menemaninya berlatih sore ini tidak salah.


“Seneng banget ya, Lee?” Tanya Hayden sesampainya disebelah Hailee.

“Iyaa, kak. udah lama banget aku ngga lihat sunset sambil nonton bola gini.”

“Emang kapan terakhir lo liat sunset sekalian nonton bola gini?”

“Lupa hehe, tapi kayanya waktu akhir tahun di SMA deh.” Jawab Hailee dengan ragu. Hayden yang mengetahui perubahan raut wajah Hailee lalu menggenggam tangan Hailee. Hayden telah mengetahui hal itu dari Jovial. Tentang masa lalu yang membuat Hailee memiliki trauma untuk menjalin hubungan dengan orang baru.

“Yang udah biarin aja. Lagian sekarang lo udah disini. Udah ngga sama dia lagi, tapi sama gue. Jangan sedih ya, Lee.”

Sebenarnya Hailee agak kaget ketika menyadari tangan Hayden menggenggam tangannya, juga dengan perkataan Hayden yang menurutnya sangat tiba-tiba. Namun perkataan Hayden ada benarnya juga. Sekarang ia disini, menikmati sunset sambil menonton bola, dengan Hayden. Bukan dengan orang di masa lalunya yang membuatnya takut menjalin hubungan dengan orang baru hingga sekarang.

“Hehe iya, Kak. Makasih yaa.”

“Senyum dulu coba, jelek ah kalo sedih gini.”

Setelah mendengar ucapan Hayden, Hailee mengulas senyumnya.

“Nah, gitu dong. Lo tuh cantik tau kalo senyum, Lee.”

Hailee masih mengembangkan senyum. Membuat Hayden kembali mengucapkan sepatah kata yang kemudian disusul tawanya yang renyah.

“Tapi ya jangan senyum senyum sendiri. Yang ada ntar lo dikira orang gila lagi.”

“Ya ngga gitu juga, Kak ih.” Jawab Hailee sambil memukul lengan Hayden.

“Iya iya, bercanda, Lee. Eh eh, kok manyun lagi deh. Senyum dong.” Rengek Hayden.

“Iya iya, nih senyum.”


“Oiya Lee, sebenernya ada sesuatu yang mau gue omongin. Tapi ini gue cuma mau ngomong doang sih.”

“Ada apa, Kak? Ngomong aja gapapa.” Jawab Hailee sambil masih setia memandangi langit sore. Oiya, genggamannya terlepas sejak Hailee memukul lengan Hayden tadi.

“Gue beneran niatnya cuma mau ngomong aja. Ngga berniat ngebebanin lo. Ngga juga maksa lo buat melakukan hal yang sama ke gue.” Hailee mendengarkan dengan seksama.

I like you. Ehm no, i think i'm fall in love with you, Hailee.”

Sepersekian detik, Hailee membeku setelah mendengar ucapan Hayden. Tidak menyangka jika Hayden akan menyatakan cintanya hari ini ketika matahari akan tenggelam, di tribun lapangan outdoor, setelah Hayden selesai berlatih futsal. Dimana semuanya adalah hal yang Hailee sukai.

Setelah kesadarannya kembali, Hailee sedikit menggeser posisi duduknya menjadi menghadap Hayden. Entah mengapa, namun perasaannya menghangat setelah mendengar ucapan Hayden. Rasa takut dibenaknya yang beberapa hari terakhir ini mengganggunya, lenyap begitu saja seiring senyum yang mengembang di bibirnya.

But wait, are you sure about what you say? It's too early, isn't it? I mean we just got to know each other, Kak.”

I'm sure, 1000% sure. Ya mungkin lo ngerasa ini terlalu cepat. Tapi buat gue ngga. Gue udah tau lo dari maba. Dan kaya yang udah gue bilang di awal tadi, gue ngga berniat membebani lo, ngga memaksa lo buat melakukan apa yang gue lakukan juga. I just want you to know what i feel.” Jawab Hayden panjang lebar.

Mm hm, okay. I see. Makasih ya, Kak. Udah berani confess ke aku, walaupun Kakak sendiri ngga tau jadinya bakal gimana. Makasih udah mau ngambil resiko dengan confess tadi. Aku ngehargain itu. Tapi, aku mau cerita dulu.” Ucap Hailee yang disambut anggukan oleh Hayden.

“Mungkin selama ini kalian, i mean anak-anak Neo 7 maybe sama temenku sejurusan yang beda kelas juga, kenalnya aku tuh orangnya cuek, ngga tertarik sama cowo, temennya cuma Olla, Jov, Chalvin, sama Rora, bahkan bisa dibilang ansos. Emang sih, itu semua bener. Tapi sebenernya ada satu kejadian yang bikin aku kaya gitu. It's my worst feeling ever, i think. And it happened on my last year in Senior High School. Yang bikin aku jadi kaya sekarang ini. Dan sebenernya, itu cuma benteng yang aku buat sendiri. Aku masih takut buat interaksi sama cowok, apalagi kalo itu orang yang baru aku tau. Makanya itu aku keliatan cuek sama orang lain.”

Hayden mendengar penuturan Hailee dengan perhatian penuh.

“Tapi kayanya, semenjak aku kenal sama anak-anak Neo 7, aku jadi sedikit lebih terbuka. Especially with you. Aku ngga mau munafik, kalo dengan adanya kakak di dekatku tiap hari, bikin tembok yang selama ini aku bangun, pelan pelan runtuh. Aku ngerasa nyaman dengan adanya kakak disini. Ya walaupun kadang aku masih suka tiba-tiba nyebelin. But i admit, if i have a little bit feeling for you too, Kak.”

Setelah penuturan panjang yang seperti cerpen itu diakhiri oleh Hailee, Hayden terkejut mendengarkan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Hailee. Detik selanjutnya, Hayden membawa Hailee ke pelukannya. Bohong jika Hailee tidak terkejut. Namun dia merasakan nyaman berada di pelukan Hayden. Sekalipun sebenarnya dia merasa aneh karena tidak biasanya dia sejujur ini soal perasaannya. Hailee menikmati berada di pelukan Hayden.

Sore itu akhirnya mereka habiskan dengan menikmati sunset diatas tribun lapangan futsal. Setelah matahari benar-benar tenggelam, baru mereka meninggalkan tribun dan menuju mobil. Berniat untuk pulang karena hari telah gelap.