Tari Kecak – Pura Uluwatu

Ketika dirasa puas menikmati hamparan putih pasir pantai, mereka melanjutkan perjalanan ke Pura Uluwatu. Mereka sampai di Pura Uluwatu saat sunset. Nantinya, di halaman Pura ini ada pertunjukan Tari Kecak yang dimulai pada pukul 6 sore. Sambil menunggu pertunjukan Tari Kecak dimulai, mereka mengelilingi Pura Uluwatu dengan berjalan kaki. Chalvin dan Jovial yang antusias memimpin jalan didepan. Marcel dan Jerri menyusul dibelakangnya, sedangkan dua pasang kekasih yang sedang sayang-sayangnya, Jevan dan Olla serta Hayden dan Hailee mengikuti langkah dibelakang Marcell dan Jerri. Rendra masih menggandeng Rora akibat adanya insiden siang tadi, turut serta dibelakang karena Rora masih agak kesusahan berjalan.

Hayden sengaja melambatkan langkahnya, menyejajarkan dirinya dengan Hailee yang memang melangkah dengan tempo lambat. Hailee tengah menikmati sunset dengan pemandangan bangunan Pura di atas tebing pinggir laut. Hamparan laut yang terkena cahaya oranye menambah keindahan pemandangan sore itu. Hingga tiba-tiba Hayden menggenggam tangannya. Hailee sontak menoleh, dan mendapati Hayden tengah tersenyum ke arahnya.

“Diem-diem aja nih bos?”

“Cantik banget tau Kak, sunsetnya.”

“Iya Lee. Kaya kamu.”

“Ih apa sih, Kak, gombal mulu.”

“Mana ada gombal, suer Lee. Sunset nya cantik, kamu lebih cantik,” ucap Hayden sambil menunjukkan tangannya membentuk gesture peace, yang disambut Hailee memalingkan wajahnya. Ia merasakan wajahnya memanas.

“Ih, salting ya?”

“Mana ada anjir,” jawab Hailee masih dengan memalingkan wajahnya.

“Tuh buktinya, kamu nggak mau ngeliat kesini, mukanya merah lagi,” goda Hayden.

“Ish, tau ah, Kak.”

“Liat sini dulu coba.”

Detik selanjutnya, Hailee memalingkan wajahnya ke Hayden. Ternyata benar tebakan Hayden, wajah Hailee merah padam. Walaupun ini bukan kali pertama, Hailee masih saja blushing ketika Hayden menggodanya. Tanpa disadari, Hayden menangkupkan keduanya tangannya ke wajah mungil Hailee. Hailee terkejut, namun jujur, dia nyaman dengan perlakuan Hayden. Tangan Hayden yang dingin, cocok untuk mendinginkan wajahnya yang memanas.

“Lo ngapain berhenti ditengah jalan gini anjing, ngehalangin jalan tau.” Rendra menghela napas, menyaksikan adegan Hayden dan Hailee di depannya.

“Kalo mau pacaran bisa tolong minggir dulu nggak? Mau lewat nih gue,” timpal Rora yang kemudian berjalan melewati Hayden dan Hailee dengan masih digandeng Rendra.

“Sewot banget elah, lewat tinggal lewat anjir. Jalan masih lebar,” sahut Hailee. Akan terasa aneh jika sehari saja dia tidak bertengkar dengan Rora.

“Bener tuh kata cewek gue. Iri bilang bos,” ejek Hayden kepada Rendra yang tidak mendapat jawaban. Setelah Rendra dan Rora berlalu, mereka kompak tertawa. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menjahili Rendra dan Rora.

Jam di pergelangan tangan Hayden menunjukkan pukul 5:40. Dia meraih tangan Hailee untuk digenggamnya, lalu melangkahkan kaki untuk menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.

Tidak butuh waktu lama hingga mereka semua telah sampai di halaman parkir Pura Uluwatu, tempat dimana pertunjukan Tari Kecak akan digelar. Tak terkecuali Hayden dan Hailee yang datang paling akhir ke tempat tersebut. Kemudian Marcell yang dibantu oleh Jerri, membagikan tiket untuk menonton pertunjukan Tari Kecak. Jovial dan Chalvin yang masih antusias, berlari lebih dulu menuju penjaga di pintu masuk.

Ketika tiket sudah berada ditangan mereka masing-masing, mereka bergegas masuk ke lokasi pertunjukan karena pertunjukan akan dimulai. Hayden tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia sengaja memilih tempat yang agak jauh dari teman-temannya, tidak lupa dia mengajak Hailee. Tempat duduk yang dipilih Hayden sangat strategis. Dimana pemandangan langit oranye, hamparan laut, dan pertunjukan Tari Kecak terlihat jelas dari tempatnya.

Hailee terlihat menjadi antusias seperti Jovial dan Chalvin saat menonton pertunjukan Tari Kecak tersebut. Lain dengan Hayden yang lebih memilih untuk memandangi Hailee. Hailee yang menyadari hal itu kemudian mengarahkan tangannya untuk menutup mata Hayden.

“Ih, kok ditutupin sih Lee. Masih mau ngeliatin bidadari ini aku.”

“Iya, tau kok kalo aku kaya bidadari. Tapi please deh Kak, ini kita udah jauh-jauh ke Bali, masa masih aja mau liatin aku?”

“Ya kamu sih, Lee. Cantiknya kelewatan, sunset itu aja kalah,” kilah Hayden sambil menunjuk ke arah pemandangan di depannya.

“Sana liat pertunjukannya ih. Marah ya aku kalo kakak masih liatin aku,” balas Hailee sambil menarik tangannya dari wajah Hayden. Namun bukan Hayden namanya jika menurut begitu saja, sekalipun itu Hailee.

“Capek nggak, Lee?”

“Ya kalo ditanya capek apa nggak, jelas aku capek. but i’m happy at all.”

“Agak geser sini coba duduknya.”

“Dih, mau ngapain?”

“Mau senderan nggak? Kalo mau sini. Kalo nggak yaudah gak usah. Disitu aja,” ketus Hayden dengan raut muka yang kesal akibat jawaban Hailee tadi.

“Dih, ngambek nih? Omo omo, gemes banget sih pacar aku kalo ngambek gini.”

“Apaan? Nggak ada ya, gue nggak ngambek asal lo tau.”

“Lah itu, pake lo-gue, mana mukanya ditekuk lagi.”

Lalu tanpa jawaban, Hailee menyandarkan kepalanya ke bahu Hayden.

“Udah ih, ngga usah ngambek gitu. Ini udah senderan akunya.”

Hayden yang mendengarnya kemudian menggenggam tangan Hailee. Jadilah sepanjang sisa pertunjukan Tari Kecak itu mereka tidak memperhatikannya. Sibuk dengan obrolan random yang beberapa kali disusul dengan tawa cekikikan dari mereka yang ditahan. Karena takut mengganggu orang lain yang sedang menonton pertunjukan Tari Kecak tersebut.