f #1

Sore itu masih seperti sore-sore sebelumnya untuk Seungmin. Ia berdiri sendirian di koridor sekolahnya selepas ditinggal teman-temannya pulang satu persatu. Bukan tanpa tujuan dia berdiri sendirian di hari yang makin sore itu, dia menunggu kakak kelasnya yang tak lain juga laki-laki yang ia cintai dua tahun terakhir ini, Lee Minho.

Memang sudah rutinitas mereka berdua pulang bersama karena memang jarak rumah mereka yang dekat, tak jarang Minho atau yang sering dipanggil Kak Ino oleh Seungmin ini mengajak Seungmin mampir ke Taman untuk memberi makan ikan di danau atau sekedar makan es krim.

Tapi, entah kenapa sore itu berbeda bagi Seungmin. Gak biasanya Ino datang telat dan saat datang gak ada kata maaf atau sekedar berbasa basi menanyakan dirinya yang sudah menunggu lama. Dingin, sore itu dingin bagi Seungmin.

Gak ada percakapan panjang atau penting selama perjalanan, gak ada juga candaan atau obrolan manis seperti biasanya. Seungmin merasa asing, ini seperti bukan Kak Ino-Nya.

“Kak ino,” Seungmin beranikan diri untuk mulai percakapan sore itu.

“Hm?”

“Kakak lagi sakit ya?”

“Enggak, tuh”

“Lagi capek? atau lagi banyak pikiran?”
“Cerita dong kak jangan dipendam sendiri.”

“Enggak, Seungmin. Aku gapapa.”

“Beneran??? Gak bohong?”

“Iya, sayang. Kakak gak kenapa-napa” jawab Ino dengan senyum tipis untuk meyakinkan Seungmin.

Helaan nafas itu terdengar sangat berat dari diri Seungmin. Dia benci dibohongi dan dia juga benci diabaikan. Jadi, ia bergegas untuk berjalan dengan cepat berharap agar cepat sampai rumahnya dan dapat berpisah dengan Ino.

“Mau mampir ke danau dulu gak?”, ajakan dari Ino yang membuat Seungmin hentikan langkah terburu-burunya.

“Gak kesorean emangnya, kak?”

“Enggak, sebentar aja. Aku mau ngasih tau kamu sesuatu.”

Sebenarnya Seungmin enggan, tapi rasa penasarannya terlalu besar jadi dia memutuskan untuk menyetujui ajakan yang lebih tua.

Gak butuh waktu lama buat sampai ke danau, mereka berdua duduk bersampingan di tepi danau. Ino gak langsung mulai pembicaraan, dia keluarkan dua kotak susu coklat dari tas nya, yang ia beri satu untuk Seungmin dan satu untuk dirinya sendiri.

“Aku dapet beasiswa,” gak ada nada gembira saat Ino memberi tahu Seungmin, Seungmin dibuat heran oleh karena itu.

“Wah selamat kak Ino! gak heran, kan kakak emang murid paling keren satu sekolah!!!” dengan senyum lebar Seungmin coba buat ajak yang lebih tua senang, karena bagaimanapun harusnya Ino merasa senang, kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil.

“Kalo aku bilang aku dapet beasiswa ke Kanada, kamu masih seneng gak?” mata mereka bertatapan, Ino melihat jelas bagaimana pupil yang lebih muda membesar karena terkejut.

Hening. Seungmin belum jawab, dia masih sibuk dengan isi kepalanya.

“Kalo emang itu yang terbaik buat kakak, aku juga harus ikut seneng kan kak?” dengan senyum yang dipaksakan Seungmin coba yakin kan Ino bahwa dia tidak bisa menyia-nyiakan hasil usahanya selama ini.

“Kamu bisa nunggu aku?”

“Aku gatau...”

Helaan nafas berat terdengar dari yang lebih tua, “Kenapa? kamu gak percaya aku?”

Pandangan mereka bertemu, mata yang yang lebih muda terlihat gusar,

“Bukan gitu, tapi realitis aja. Kita gatau kedepannya bakal gimana kan? bisa aja kakak yang nemu orang lain saat aku nunggu sendirian disini...”
“Aku cuma coba cari cara biar kita sama-sama gak sakit disini.”

Ino lihat jelas mata berkaca-kaca Seungmin. Dia tahu jelas yang paling sakit disini adalah Seungmin. Setelah semua janji yang Ino katakan kepada Seungmin kini Ia sendiri yang tidak menepatinya.

“Oke aku ngerti. Aku hargai keputusan kamu, tapi kalo aku boleh minta tolong jangan pernah lupain aku ya?”

“Heem! aku gak bakal lupain kakak.”

Dengan senyum tipis Seungmin, Ino yakin kan dirinya untuk bisa cepat kembali dan bersama kembali.