the surgery brings me to him..

WARN; 18+, Top!Chanyeol, Bot!Sehun, gore, NSFW, making out, romance, sex, anal sex, BDSM, kekerasan dalam sex, darah, illegal transaction, anal fingering, kinky sex, surgery, etc.

#####

Sehun melangkahkan kakinya dengan kaku dan ragu di sebuah lokasi yang tertera papan bertuliskan nama seorang dokter beserta spesialisnya. dr. Park Chanyeol, Sp.PD atau Penyakit Dalam. Chanyeol adalah dokter bedah. Namun, praktek bedah yang dilakukannya pada Sehun kali ini adalah praktek illegal yang melanggar etika kedokteran karena tak sesuai dengan ketentuannya.

Dia adalah dokter, ilmuwan, sekaligus mafia organ tubuh manusia. Banyak yang datang padanya hanya untuk masalah keuangan dan melakukan pembedahan illegal untuk organnya dijual. Sehun, yang mendapatkan informasi itu, langsung menghubungi salah satu asisten sang dokter untuk melakukan pengambilan salah satu ginjalnya untuk dijual.

Sehun membutuhkan uang untuk biaya perawatan rumah sakit adiknya. Ia sudah tak tahu dan kehilangan akal sehatnya untuk mendapatkan biaya dari mana lagi agar Younghoon bisa segera di operasi. Sudah tiga tahun Younghoon di rawat disana, tidak ada perubahan karena Sehun harus mendapatkan biaya operasi untuk adiknya.

Ketika ia masuk ke dalam, diedarkan pandangannya melihat sekitar ruangan. Jujur, Sehun takut jika nanti perutnya dibelah. Ia merasa kurang yakin dengan dirinya sendiri mendatangi tempat ini. Apalagi ini sudah jam Sembilan malam. Yang seharusnya sang dokter masih menerima pasien, tetapi kedatangannya kali ini sangat sepi dan sedikit temaram. Hingga seorang lelaki datang dan menyapanya.

“Oh Sehun?” tanyanya memastikan namaku.

“Ya,” Sehun mengangguk.

“Sudah ditunggu dokter di dalam.” Ujarnya tanpa ekspresi. Sehun pun berjalan mengikuti lelaki tersebut untuk memasuki sebuah ruangan.

Ini bukan ruangan prakterk seperti biasa. Ini.. Terlalu aneh. Sehun dapat melihat ruangan yang berdominasi warna putih, tak ada meja pasien atau meja operasi. Sehun merinding dibuatnya. Ini ruangan apa? Hanya di dominasi dengan sebuah meja, sebuah kasur, beberapa tali, sebuah lemari yang Sehun tak tahu apa isinya, serta ia melihat beberapa pisau bedah, gunting, dan alat-alat yang ia tak ketahui namanya.

“Kau sudah datang,” Suara rendah seorang pria mengagetkan Sehun dari lamunannya. Sehun membalikkan badannya dan menatap laki-laki sedikit lebih tinggi darinya, berbadan lebih besar dan lebar.

“D-Dokter?” Tanya Sehun.

“Tanggalkan seluruh bajumu,” titahnya tanpa memedulikan reaksi Sehun yang sudah salah tingkah. Apa yang barusan dikatakan orang itu?

“Maksudnya, dok?”

“Telanjang. Orang yang mau di operasi olehku harus telanjang,”

Jujur Sehun merinding melihat tatapan mata tajam Chanyeol yang seakan menikam dirinya. Terlalu takut dan ia pun menuruti semua perintah Chanyeol. Ingat Sehun, kau melakukan ini semua demi Younghoon.

Sehun membuka dengan pelan kardiganya hitamnya, kemudian membuka kaos polos abu-abu yang melekat di tubuhnya. Setelah itu ia hanya diam. Ruangan itu cukup dingin dengan suhu AC sekitar dua puluh derajat celcius.
Chanyeol mengerutkan dahinya karena Sehun hanya bertelanjang dada. Bukan itu yang ia mau, Chanyeol menghentakkan pentofelnya dengan kencang hingga terdengar di seluruh ruangan luas itu.

“Apa kau bodoh? Aku menyuruhmu untuk telanjang!” teriaknya sarkas. Sedangkan Sehun masih bergeming. Chanyeol dengan langkah kaki panjangnya mendekati Sehun dan langsung meremat rahang pria manis itu dengan satu kepalan tangan lebarnya dan mendorong Sehun hingga jatuh ke lantai.

“Kau tidak tahu peraturanku, hah? Kalau aku suruh kau untuk telanjang, maka telanjang. Kau tuli?”

“M-Maaf,”

“Naik ke atas Kasur itu. Cepat!” Pinta Chanyeol masih dengan nada yang keras. Sehun menurutinya dan naik ke atas Kasur yang sudah disediakan. Sprei putih itu menjadi teracak tatkala Chanyeol mendekatkan dirinya pada Sehun, yang tubuhnya sudah menempel di headboard.

“Ingat! Kau kesini untuk uang, kan? Apa kau masih ingin membantah?” Tubuh Chanyeol dekat sekali dengan Sehun hingga deru nafasnya menerpa wajah lelaki itu. Wajah Sehun semerah tomat karena tak pernah berdekatan dengan orang seperti ini.

“Aku harus apa, dok?” bibir ranum Sehun bergetar. Dua bola mata kecil Chanyeol mengintimidasi bibir itu begitu dalam.

“Aku akan mengoperasimu,” ucapnya menjauh dari Sehun hingga membuat dadanya kembali lega.

Tak dikiranya Chanyeol akan membuka blazer putih dan kemeja birunya hingga bertelanjang dada. Mata Sehun membulat sempurna menatap cetakan tubuh yang terlihat indah itu.

Badannya membeku begitu ia melihat ikan pinggang yang dilepaskan Chanyeol dari celananya. Benda itu dengan tiba-tiba menghantam ujung kasur yang membuat Sehun kaget sekali. Dia mau apa?

“Buka celanamu,” perintah Chanyeol. Sehun menggeleng kepalanya kuat.

“Lebih baik perutku dibelah tanpa bius daripada aku telanjang di depanmu,” Sehun berusaha melawan. Ia bangun dari kasur dan mengambil bajunya. Sehun kemudian memakai kembali, namun tangannya dicegat oleh Chanyeol.

“Orang yang sudah masuk kesini, tak akan bisa keluar dengan mudah. Apalagi anak kecil sepertimu yang begitu membutuhkan uang. Untuk apa, hm? Kau pasti hidup dengan gengsimu yang begitu tinggi hingga harus menjual organmu disini. Satu hal yang harus kau tahu, orang yang sudah masuk kesini, ia harus bertelanjang atau mati sia-sia sebelum keluar.” Ancam Chanyeol melepaskan genggamannya.

Chanyeol bukan dokter biasa. Ia adalah mafia yang buas, perdagangan organ ilegal yang sudah dilakukannya secara diam-diam selama beberapa tahun ini, tak pernah ada yang melaporkannya. Ia punya kekuatan besar, rakyat kecil seperti Sehun yang tak punya apa-apa, tak akan mungkin bisa melawan kekuasaan Chanyeol.

“Jadi, kau memilih yang mana? Kau keluar dengan membawa uang atau kau tak akam pernah keluar dari sini,”
Banyak yang sudah menjadi korban penjualan organ ilegal dokter Chanyeol. Bahkan ada yang mati sia-sia karena sudah masuk ke dalam ruangan ilegalnya.

Tak banyak orang yang masuk ke ruangan ini. Jika dihitung, baru sepuluh orang yang dibawa ke ruangan ini termasuk Sehun. Enam orang harus mati karena melawan, tiga orang keluar dengan tubuh yang penuh sayatan dan luka lebam, namun dengan imbalan uang yang diterima.

Sekarang, Sehun harus memilih. Nyawa adalah taruhannya disini. Jika ia menyerahkan dirinya, maka Sehun akan mendapatkan uangnya, namun Sehun akan kehilangan nyawanya jika ia berusaha keluar.

“Aku tidak akan membiarkan bisnisku ini dikacaukan oleh orang-orang sepertimu. Jadi, turuti apa yang ku perintahkan sebelum ku habis nyawamu,” Chanyeol kembali mengingatkan.

Tangan Sehun bergetar hebat. Pandangannya lurus tak terarah. Ia hanya diam ketika Chanyeol berjalan mendekatinya dan menempelkan tubuhnya pada Sehun.

“Jangan terlalu lama berpikir,” ucapnya halus, nafasnya menerpa wajah tampan Sehun.

Lelaki itu menutup matanya rapat dan dapat merasakan tangan Chanyeol mulai menggerayangi tubuhnya. Lumatan-lumatan di bibir Sehun yang begitu lembut membuatnya terbuai. Sehun bahkan mengeluarkan sedikit suara desahan begitu lidah Chanyeol permisi masuk ke dalam rongganya.

“Telanjang dan berbaringlah,” perintah Chanyeol lagi. Kali ini, Sehun melakukannya tanpa berpikir panjang.
Yang ada dalam kepalanya sekarang hanya Younghoon, hanya demi kesembuhan adiknya.

Sehun menanggalkan seluruh pakaiannya tanpa sehelai benang. Mata Chanyeol menerawang dari atas hingga ujung kaki Sehun. Tubuh laki-laki ini begitu indah, pinggangnya ramping, bokongnya juga sintal.

Pikiran Chanyeol sudah mulai berfantasi yang indah. Ia dapat melihat milik Sehun yang masih melemah. Chanyeol menanggalkan celananya dan memperlihatkan keperkasaannya di depan Sehun.

Nafas lelaki itu tercekat karena ia mendapatkan firasat yang buruk akan terjadi malam ini. Chanyeol mendekatkan dirinya dan mengangkat dagu Sehun kemudian meraup bibir lelaki itu dengan penuh.

Sehun memejamkan matanya rapat, merasakan hisapan-hisapan lembut bibir tebal Chanyeol yang seakan ingin menelannya keseluruhan. Dadanya berdegup kencang ketika tangan dokter itu mengelus rambut halusnya.

“Eungghhh..” Sehun tak tahan dan ia dapat merasakan miliknya dibawah sana mulai berereksi.

“Emmhh..” Sehun kembali melenguh. Bibir merah mudanya terbuka dan kembali disambut kuluman demi kuluman.

Tangan Sehun bergerak memeluk Chanyeol. Namun, tangan itu dengan segera dilepaskan dan mendorong kuat Sehun hingga menyentuh ujung kasur.

“Siapa yang menyuruhmu untuk memelukku? Tugasmu hanya diam dan menuruti perintahku. Paham?” Chanyeol mengatur pernafasannya menahan marah.

“M-Maaf,” jawab Sehun pelan dan sedikit tertahan.

Sehun tak seharusnya melakukan apa yang tak di perintahkan. Miliknya masih bangun dan disambut tangan Chanyeol. Ia membelai pelan milik Sehun hingga membuat lelaki yang lebih tinggi itu terbuai. Tangan Chanyeol begitu lihai dan ia dapat melihat dengan jelas wajah Sehun sudah memerah menahan kenikmatan yang disalurkan.

“Nikmat, hmm?” Tanya Chanyeol. Sehun tak kuasa menjawab. Ia hanya mampu mengangguk lemah dan menahan suaranya untuk tak keluar.

“Kenapa kau tak mengerang?” Chanyeol menghentikan kegiatannya dan memberikan satu tamparan pada pipi mulus Sehun. Ia kaget dan langsung mengubah posisinya seperti menunduk.

“Kau harus mendesah, mengerang, atau apapun itu. Tapi jangan pernah menyebut namaku. Paham?” Chanyeol kembali memberi peringatan.

Dokter itu bangkit dan langsung mengambil gulungan tali, kemudian menarik paksa pergelangan Sehun dengan kuat. Sehun ingin sekali berteriak begitu tubuhnya dihempaskan ke lantai. Di sampingnya terdapat dua buah tiang yang tak terlalu tinggi.

“Jangan banyak bertingkah,” Teriak Chanyeol. Sehun sudah hampir menangis begitu tangannya diikat pada dua tiang tersebut. Sehun kesakitan namun menahan itu semua.

“Sekarang dengar, kau pilih penisku, atau mainan yang akan merobek liangmu?” Sehun tak menjawab. Tubuhnya sekarang menggantung, Chanyeol bahkan mencambuknya dengan ikat pinggang dari tangan hingga ke kedua paha Sehun.

“S-Sakit..” Ucap Sehun dengan suara tertahan. Ia hampir menumpahkan air matanya. Ia malu sekali dilecehkan seperti ini. Sehun jadi membenci dirinya karena perlakuannya.

“Apa kau bilang?”

PLAKK.

Sebuah tamparan lagi di sisi sebelah kanan pipi Sehun.

“KATAKAN!” Chanyeol semakin menekan Sehun. “Memohonlah padaku,” Sehun menggelengkan kepalanya kuat. Sungguh, Chanyeol berubah seperti monster buas yang senang menyiksanya. Ia tak menyangka akan masuk ke lubang macan. Kesalahan terbesar yang akan disesalinya seumur hidup.

“Katakan! Gagahi aku. Masuki lubangku. CEPAT!”

Sehun menggeleng. Tak kuasa jika mengatakan kalimat itu. Ia tak akan pernah mau dilecehkan. Tapi semua penyesalan itu datang terlambat. Sehun sudah kesakitan sekarang. Rambutnya ditarik Chanyeol. Namun, Sehun masih mampu menatap dua bola mata tajam itu.

“Tidak akan aku katakan.”

“Bajingan!”

BUAGHH.

Chanyeol meninju perut Sehun. Sakit Sekali, Sehun sangat kesakitan. Ketika datang ke tempat ini, Sehun sedang sakit, Sehun demam tinggi. Tapi, ia harus mendatangi Chanyeol dan melakukan operasi pengangkatan satu ginjal demi adiknya yang sedang sakit.

Sang dokter tak terima penolakan. Sehun terus disiksa dengan berbagai tamparan dan cambukan di tubuhnya. Hingga Sehun tak kuat, ia pun mengucapkan kalimat itu.

“M-Maafkan aku.. T-Tolong m-masuki lubang.. ku,” katanya terbata.

“Apa? Katakan dengan jelas, bodoh!”

Sehun menelan ludahnya pelan, tenggorokannya kesakitan diakibatkan cekikan kuat dari tangan Chanyeol yang besar dan lebar. “Tolong.. Masuki..”

Belum selesai ia berbicara, Chanyeol sudah tersenyum seperti orang psikopat. “Good boy,”

Chanyeol berjalan menuju lemarinya dan mengeluarkan sebuah alat yang bentuknya seperti penis. Sehun yakin itu adalah vibrator yang memiliki panjang sekitar dua belas inci. Alat yang memiliki gerigi itu sedikit membuat dua bola matanya terbelalak. Jujur saja, Sehun takut. Ia takut analnya akan dirobek malam ini.

“J-Jangan..” Sehun memohon.

“Ini tidak akan sakit. Jadi, diam dan ikuti saja permainannya.” Chanyeol tersenyum jahat. Ia kemudian mengambil sebuah pelumas dan berjalan mendekati Sehun.

Tanpa aba-aba, Chanyeol langsung menarik tengkuk Sehun dan kembali melumat bibirnya dengan lembut. Chanyeol terbuai dengan kelembutan itu. Ia bahkan tak pernah merasakan sensasi menggelitik dalam tubuhnya ketika bersentuhan dengan orang lain.

Bibir Sehun meskipun sudah sedikit lebam, tapi Chanyeol masih bisa merasakan ada sensasi rasa manis, lembut, dan panas. Chanyeol tak henti-hentinya melumat bibir Sehun dan menelan saliva mereka yang saling bertukar. Ia tak pernah seperti ini, Chanyeol bahkan tak pernah sudi menelan saliva lawan mainnya. Tapi, saliva Sehun berbeda. Ia bisa merasakan sensasi yang berbeda.

Kedua tangannya tak diam, ia meraba seluruh tubuh Sehun. Memainkan dua putingnya, yang membuat Sehun merasakan geli yang tak bisa ditahannya. Bibir Chanyeol mulai turun ke leher Sehun yang sedikit memerah bekas tangannya. Ia menjilat lembut sisi kiri dan menghisapnya pelan.

“Hmm..” Sehun tak tahan dengan kenikmatan yang diberikan Chanyeol pada titik lemah dirinya.

“Sehun..” Chanyeol menyebut nama Sehun. Terdengar pelan dan lembut di indera pendengaran Sehun.

Ia juga melakukannya disisi kanan leher Sehun. Chanyeol bahkan menggigit cuping Sehun dan menjilatnya seperti akan dimakannya. Telinga Sehun begitu elastis yang membuat Chanyeol tersenyum. Ia gemas sekali. Baru kali ini Chanyeol seperti di buat gila dengan pasiennya.

Ia kembali melakukan aksinya, bibirnya turun di dada hingga ke dua putting Sehun yang menganga. Chanyeol menghisapnya sedikit kuat dan menggigitnya. Sehun tak tahan, matanya terbelalak lebar. Lidah Chanyeol begitu lihai dalam memainkan kedua putingnya.

“Aaaakkhh..” Mulut Sehun sedikit terbuka begitu merasakan lidah Chanyeol membasahi kedua putingnya dan terus memberikan gigitan-gigitan kecil disana.

“Eunghh.. Chanhh..” Sehun menghentikkan desahannya begitu akan disebutkan nama pria itu.

“Sssshhh.. Enak?” Tanya Chanyeol. Sehun mengangguk. Bibir Chanyeol semakin turun ke perut Sehun dan memainkan lidahnya disana. Chanyeol benar-benar membasahi tubuh Sehun dengan saliva.

Hingga Chanyeol dihadapkan dengan milik Sehun yang sudah mencapai titik puncak ereksi. Miliknya begitu keras dan tegak. Tangannya dengan lihai memainkan kembali penis Sehun. Mengocoknya dengan tempo pelan dan membuat Sehun mengerang nikmat.

“Aaaahhh..” Sehun mendesah keras begitu Chanyeol mempercepat tangannya. Ia mencapai titik klimaks dan akan menyembur keluar.

“AAAAHHHH..” Sehun tak tahan dan akan segera mengeluarkannya.

Chanyeol tersenyum puas melihat cairan kental yang keluar dari milik Sehun dan memuncrat ke lantai.

“Sehun..” Chanyeol membuka penutup benda yang disebut pelumas itu dan menuangkannya ke telapak tangan. “I think we should go to the next level. Shall we?” ucapnya dengan wajah yang tak bisa di terka.

Sehun yang masih lemas tak kuat mengucapkan beberapa kata dan hanya mengangguk lemah.

“Katakan Sehun..” Tangan Chanyeol yang sudah dipenuhi pelumas mulai bergerak menyentuh anal Sehun dan memainkannya disana. Sehun yang masih tergantung lemas langsung membuka matanya. Kaget akan tindakan Chanyeol.

Dua jari dokter itu mulai memasuki lubang Sehun, lelaki itu sedikit terhentak karena dua jari yang cukup besar itu membuatnya kesakitan.

“J-Jangan..” Sehun ketakuan jika anusnya dimasuki seperti itu.

“Apanya?”

Sehun menggeleng kuat. Namun, Chanyeol tak berhenti. Dikoyaknya lubang Sehun dengan dua jarinya yang sudah lembab dengan pelumas. Sehun kesakitan, baru kali ini anusnya dimasuki dua jari asing dengan sensasi dingin pelumas.

“Jangan melawanku,” tegas Chanyeol yang menambah satu jarinya menjadi tiga. Ia mengoyakkan lubang Sehun, tiga jarinya keluar masuk membuat Sehun berteriak kesakitan. Chanyeol memeluk pinggang ramping Sehun menghisap putting lelaki itu kuat, namun tiga jarinya masih bermain di lubang Sehun dengan tempo sederhana.

“Kau meminta dipercepat?” Goda Chanyeol menatap ke wajah Sehun yang sudah memerah. Airmatanya keluar karena kesakitan, Sehun tak dapat menahan itu.

Chanyeol bukannya menghentikan permainannya, ia justru semakin mempercepat tempo keluar-masuk di lubang anal Sehun. Mangsanya kesakitan dan menghentakkan kakinya berulang kali, Sehun menggelengkan kepalanya kuat. Mulutnya kini dipenuhi empat jari kanan Chanyeol yang memainkan lidah Sehun. Airmatanya tak henti keluar dari pelupuk yang sudah membengkak.

“Hisap jariku Sehun.. Setelah ini kau harus menghisap milikku.” Tegas Chanyeol melepaskan jarinya dari mulut Sehun dan menggantikannya dengan bibirnya. Ia kembali mengulum mulut Sehun dan mempercepat ritmenya dalam lubang anal lelaki itu. “Kau sempit..” ujarnya yang menghisap lidah Sehun tak karuan.

Chanyeol juga menggesek penis keduanya yang mulai kembali berereksi.
“Sssshhh Sehun..” Chanyeol dibuat gila karena lubang Sehun yang masih sangat sempit. Ia langsung melepaskan diri dan menyalakan vibrator bergerigi itu di depan yang masih muda.

“Kumohon..” ujar Sehun belum selesai berbicara namun benda itu sudah bergetar dibawah sana menyentuh penisnya. Membuat sensasi geli bercampur nikmat.

“Memohonlah jalang..” Chanyeol langsung mengarahkan vibrator tersebut ke lubang anal Sehun yang baru menyentuk permukaan saja sudah membuat Sehun berteriak kesakitan.

“AAAKKHHH.. S-SAKIITT..” Tangan Sehun yang terikat bergerak kuat. Namun, ikatan Chanyeol di dua tiang itu terlalu kuat. Jika Sehun banyak bergerak, maka pergelangan tangannya akan terluka.

Chanyeol tak peduli dengan teriakan itu, ia terus melakukan aksinya merobek lubang anus Sehun dengan alat vibrator yang setengahnya sudah masuk. Sehun sudah menangis dan menggigit bibirnya sekuat mungkin hingga berdarah. Chanyeol sedikit memaksakan alat itu untuk masuk ke dalam dengan sempurna.

Ada darah yang keluar dari sana akibat robekan lubang anus Sehun untuk pertama kali dimasuki alat. Sakit sekali hingga Sehun rasanya mau mati. Ia tak berhenti berteriak ketika benda itu mulai keluar masuk dalam tubuhnya. Sehun rasanya seperti mau mati saja. Lama-lama ia merasa penuh dan perutnya bergetar seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan di dalam sana.

“JANGANNN..” Teriak Sehun tak hentinya menghentakkan kakinya yang tak bisa diam. Chanyeol kemudian menarik satu kaki Sehun dengan kuat dan berteriak padanya.

“Kalau kau tidak diam bergerak, maka kakimu yang akan aku potong,” Sehun langsung menghentikkan gerakan kakinya dan hanya menggelengkan kepalanya kuat. Tubuhnya benar-benar seperti akan patah begitu kakinya dibuka lebar dan diikat oleh Chanyeol di tiang.

“AKHHHH!” Sehun tak kuat. Ia dapat melihat darahnya menempel pada vibrator yang kini sudah berhenti dan dicabut oleh Chanyeol.

“Kau harus merasakan yang sebenarnya, anak muda.” Chanyeol kini mengocok miliknya yang sedari tadi sudah tegang. Ia arahkan pada lubang Sehun yang masih berdarah. Dengan pelumas, Chanyeol langsung menghantam tubuh Sehun dan masuk ke dalamnya.

Shit. Ukurannya besar juga. Sial, kenapa yang ini lebih enak? Batin Sehun begitu liar.

Posisi mereka saat ini tengah berdiri. Chanyeol menerobos masuk ke dalam liang Sehun dan kembali melumat bibir Sehun yang sedikit berdarah. Sehun menangis karena ia sudah ternodai. Niatnya hanya ingin melakukan operasi ginjal dan menjualnya, kini berakhir dilecehkan oleh sang dokter.

Chanyeol membuka ikatan tali pada Sehun di tangan dan kakinya. Tak berhenti disitu, Chanyeol menyeret Sehun dan menyuruhnya untu menungging di ujung Kasur. Sehun tak mau dan terus melawan, hingga Chanyeol kembali memukulnya dengan sebuah cambuk yang memang khusus untuk diberikan kepada pasien yang membangkang. Sehun terpaksa menungging. Lubangnya terluka dan menganga. Chanyeol kembali mengambil pelumas untuk dioleskan pada penis dan lubang Sehun.

“Jangan melawan atau aku akan mencekikmu hingga mati,”

Sehun belum ingin mati, ia masih harus membayar rumah sakit untuk operasi Younghoon. Sehun hanya mampu menurut semua kemauan Chanyeol. Walaupun sebenarnya ia ingin mengamuk dan kabur darisana. Dokter ini gila, dokter ini psikopat.

Chanyeol langsung menghujam tubuh Sehun dari belakang yang membuat kepala lelaki itu terangkat karena kaget dengan satu hentakan Chanyeol yang langsung memenuhi lubangnya. Chanyeol memainkan tempo yang tak terlalu cepat, ia ingin Sehun juga menikmatinya.

Lama-kelamaan, Sehun merasa aneh dan menikmati permainan Chanyeol. Lubangnya terasa licin karena pelumas yang diberikan Chanyeol. Hingga dokter itu sedikitt mempercepat temponya dan terdengar suara pemyatuan yang dipenuhi kenikmatan.

Enak. Ini membuatku keenakan. Sial.

“Eungh… Sehun kau sempiiitt..” ucap Chanyeol penuh kenikmatan. Ia menutup matanya menikmati lubang sempit Sehun yang semakin licin.

“Akkhh…” Sehun menggenggam miliknya yang juga sudah kembali bereksi. Sehun mengocoknya mengikuti ritme Chanyeol yang sedang ‘mengoyak’ lubangnya dengan kenikmatan yang tak bisa diucapkan oleh Sehun.

“Sehun..” panggil Chanyeol sembari memukul kuat dua bongkahan bokong Sehun yang penuh dan meremasnya. Tubuhnya masih melakukan gerakan in-out dengan lihai. Sehun berinisiatif untuk mengangkat sebelah kakinya ke atas Kasur dan itu membuat akses Chanyeol di dalam lubangnya semakin besar. Chanyeol merasa lubang Sehun semakin dalam dan nikmat.

Hingga Chanyeol merasakan ia sudah mencapai klimaksnya dan menyentuh titik nikmat Sehun. Tubuh keduanya menegang hebat begitu Chanyeol mengatakan ia akan melakukan penetrasi di dalam lubang Sehun. Lelaki yang lebih muda itu juga mengeluarkan cairan manisnya yang mengotori sprei putih.

Chanyeol dengan sisa tenaganya bergerak menuju meja kerjanya dan mengambil sebuah pisau bedah kecil dan kembali mendekati Sehun yang terkapar di lantai. Ia mengangkat tubuh Sehun yang hampir tak sadarkan diri dan dipenuhi cairan itu, mendudukkan Sehun yang bokongnya masih kesakitan. Sehun meringis hebat dan hampir berteriak begitu merasakan sebuah benda tajam menyentuh kulitnya.

“Aaaaaahhhh..” Sehun menangis merasakan pisau itu melukai lehernya dan mengeluarkan darah. Tak berhenti disitu, ia merasakan lidah Chanyeol yang menyentuh bagian itu kemudian menghisap darahnya. Sehun kesakitan. Namun, bukan hanya satu goresan, bahkan di beberapa bagian tubuhnya diberikan goresan dan darahnya dihisap oleh Chanyeol.

Jujur, Sehun ketakutan karena perlakuan Chanyeol. Namun, ia tak melihat Chanyeol menelan darahnya. Melainkan meludahkannya ke lantai.

“Ini adalah tanda dariku bahwa kau pernah kesini.” Ujar Chanyeol.

Tidak. Chanyeol tak pernah melakukan hal ini sebelumnya pada pasiennya. Chanyeol hanya menyiksa mereka dan melakukan anal sex, tak sampai menyetubuhi mereka. Chanyeol hanya memasukan vibrator pada dubur dan kelamin mereka. Chanyeol seakan menikmati siksaannya. Tapi, kenapa ia ingin menyetubuhi Sehun?
Setelah itu, ia memulihkan diri dengan bangun dari sana.

Baru satu permainan dan ia sudah lemas? Chanyeol kembali meraih tubuh Sehun yang terkapar penuh dengan lebam dan luka. Sehun hampir pingsan, namun Chanyeol meminta tambah.

Mereka pun kembali melakukan hubungan badan, tapi Sehun harus melakukan anal dengan memasukan penis Chanyeol ke dalam mulut dan mengulumnya. Sehun merasa mulutnya sangat penuh begitu melakukan gerakan keluar masuk. Jujur saja, ia hampir muntah. Tangan Chanyeol menahan kepala Sehun dan memuntakan cairannya ke dalam mulut Sehun,

Lagi dan lagi, Chanyeol mengajak Sehun bercinta, jika ditolak, maka Chanyeol akan mencambuk lagi tubuh Sehun, bahkan melakukan kekerasan pada lubangnya. Airmata Sehun mongering, suaranya bahkan sudah tak keluar lagi. Ia lelah, Chanyeol meminta tambah. Hingga akhirnya Sehun pingsan begitu Chanyeol kembali merasakan puncaknya dan mengeluarkan seluruh cairannya diatas perut Sehun.

*
**
***

Sehun berjalan lemas dengan sekujur badan yang penuh lebam dan kesakitan. Subuh itu, ia melangkahkan kakinya menuju rumah sakit, tempat Younghoon dirawat. Sehun tak sadar, handphonenya bahkan tertinggal di ruang praktek Chanyeol. Pikiran Sehun saat ini sangat kosong kecuali berisi wajah dan nama adiknya.

Lelaki itu berhasil pergi dari sana ketika melihat Chanyeol yang sudah terkapar lemah dan tak sadarkan diri di atas Kasur. Sehun pun dengan pelan memaYounghoon pakaiannya dan berjalan keluar dengan tubuh yang kesakitan.
Setelah tiba di ruangan Younghoon, ia dapat melihat Jongin yang tertidur di sebelah adiknya. Sehun tersenyum getir melihat kedua orang yang disayanginya sedang tertidur pulas. Sehun pun menyadari satu hal, ia belum dibayar oleh Chanyeol. Karena ia sudah terburu-buru untuk segera pergi dari neraka tersebut.

***
Tiga hari berlalu, Jongin juga merawat Sehun yang kesakitan akibat perlakuan Chanyeol, memang, ia tak menceritakan apa yang terjadi malam itu, Sehun berbohong bahwa ia terlibat perkelahian dengan sekelompok orang yang membuatnya terluka dan pingsan. Sehun bahkan enggan untuk kembali mengambil ponselnya yang sudah tiga hari tertinggal. Ia bilang bahwa mereka akan membayarnya dalam waktu tiga hari.

Seorang perawat masuk mengatakan bahwa Younghoon akan segera di operasi. Sehun kaget dan bangun dari tidurnya. Ia bahkan belum membayar biaya operasi tersebut. Ia belum memiliki uang.

“Tuan Sehun bisa ke tempat administrasi untuk bertanda tangan,” ujarnya setelah memberikan suntikan pada lengan Sehun, kemudian berlalu.

“Aku harus ke ruang administrasi, Jongin. Kamu tolong jaga Younghoon sebentar aja. Aku butuh penjelasan disana,” Sehun berusaha untuk bangun dan membawa infusnya ke bagian administrasi.

Sehun yang sudah bisa sedikit berjalan normal telah tiba disana, ia kemudian bertanya pada perawat yang menangani administrasi milik Younghoon. Dikatakan bahwa biaya operasi sudah dibayar atas nama Oh Sehun dengan total biaya rawat inap dan sudah lunas. Kemudian, perawat tersebut memberikan ponsel Sehun yang sempat tertinggal di ruangan Chanyeol.

Ia membuka ponselnya dan terpasang di wallpaper barunya terdapat tulisan, Aku sudah mengtransfer semua uangmu sesuai perjanjian. Uang untuk biaya operasi adikmu juga sudah dibayarkan diluar uang perjanjian itu. Aku dan dokter Park akan melakukan operasi pada adikmu. Kau bisa datang dan melihat langsung proses operasi yang akan dilakukan besok.

Kalimat yang panjang dibaca oleh Sehun. Ia kemudian memutuskan untuk mencoba menghubungi nomor Chanyeol, namun tak berhasil. Sehun pun menangis dan terperosot di lantai koridor.

*

Hari dimana operasi Younghoon akan dilaksanakan. Tensi darah Younghoon menurun selama di ruang operasi. Sehun yang melihat aksi bedah Chanyeol dan dokter Park yang berusaha tenang menangani Younghoon. Peluh mereka yang keluar diseka oleh perawat. Chanyeol terlihat berkonsentrasi den memperhatikan denyut nadi Younghoon yang semakin menurun. Hingga sebuah garis lurus membentang jelas di layar EKG. Sehun yang melihat itu langsung panic.

Tak mungkin.

Chanyeol memerintahkan perawat untuk mengaktifkan defibrillator untuk memacu jantung Younghoon yang berhenti. Sehun tak berhenti mengucapkan doa agar adiknya bisa diselamatkan. Ia sudah berkorban banyak, bahkan dilecehkan demi kesembuhan adiknya.

Garis lurus it uterus berbunyi. Younghoon tak dapat diselamatkan dikarenakan penanganan yang terlambat dilakukan. Bukan salah tim medis yang terlambat melakukan tindak operasi, melainkan masalah biaya yang susah didapatkan Sehun untuk kesembuhan adiknya dari penyakit jantung ini.

Younghoon pergi meninggalkan dirinya yang penuh luka di dada. Younghoon, adik satu-satunya yang begitu ia kasihi kini sudah pergi meninggalkannya. Sehun merasa menyesal karena sudah terlambat menyelamatkan adiknya. Hatinya begitu sakit begitu dokter Park keluar dari ruang operasi dan mengucapkan belasungkawa pada Sehun.

Ia menangis dan dipeluk oleh Jongin. Sehun benar-benar menyalahkan dan mengutuk dirinya sendiri. Sedangkan Chanyeol yang baru keluar dari ruang operasi tak kuasa melihat airmata Sehun. Hatinya mencelos begitu mendapat tatapan Sehun. Matanya memerah seperti darah. Sehun kalut dan berteriaka begitu perawat membawa keluar tubuh Younghoon yang sudah terbujur kaku. Sehun menangis sejadi-jadinya, begitu pula Jongin. Hari itu, Sehun merasakan dirinya sudah mati. Ia adalah mayat hidup. Sehun seakan tak ingin hidup lagi di dunia ini.

*
Tiga bulan berlalu setelah kejadian kelam itu, Sehun kini bekerja di sebuah convenience store untuk membiayai hidupnya dan membayar sisa utangnya pada debt collector. Ia tak pernah berkomunikasi dengan Chanyeol lagi. Pertemuan terakhir mereka di rumah sakit ketika Chanyeol juga turun tangan mengoperasi Younghoon, namun operasi tersebut gagal dan Younghoon harus meninggal dunia.

Sehun sedang sibuk menyusun beberapa stok yang baru masuk. Pintu masuk terbuka dan suara sapaan dari bel pun berbunyi. Sehun berlari menuju meja kasir karena pelanggan tersebut akan melakukan pembayaran. Matanya membulat begitu melihat siapa yang akan membayar.

“P-Park Chan..” Lidahnya kelu tak mampu berucap.

“Sehun.. Kita bertemu disini. Aku sudah lama mencarimu..”

Keduanya bertukar pandang sesaat dan waktu seakan berhenti disana.
.
.
.

END.